Sunday, January 24, 2016

Makalah Analisis Sport Center

www.unsera.ac.id

Nama: Moh. Kholil
NIM: 31214161
Kelas: A1, Manajemen
Fakultas: Ekonomi

KATA PENGANTAR
    Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.  Yang mana telah memberikan kami kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan makalah matakuliah Ekonomi Manajerial Yang berjudul “ANALISIS SPORT CENTER” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bpk. Bambang DS selaku dosen mata kuliah Pengantar Manajemen Universitas Serang Raya (UNSERA)
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat di selesaikan
         Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan  penyusun, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial. Makalah ini membahas tentang fungsi perencanaan.
         Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
                                                                                                             
                                                                                                                Serang, 19 Januari 2016
                                                                                                                       Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.:PENDAHULUAN.......................................................................................................................4.
A.     Latar belakang(penomena bisnis)................................................................................................4
B.     Rumusan masalah.........................................................................................................................5
C.     Tujuan penelitian..........................................................................................................................5
BAB 2,:TINJAUAN TEORITIS...............................................................................................................6
A.     Stuktur pasar..................................................................................................................................6
B.     Strategi pemasaran........................................................................................................................7
C.     Strategi bersaing............................................................................................................................8
BAB 3,:LOKTUS PENELITIAN.............................................................................................................10.
A.     Lokasi yang diteliti.......................................................................................................................10.
BAB 4,:HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................................12
A.     Pembahasan...................................................................................................................................12
B.     Hasil...............................................................................................................................................21
BAB 5,:PENUTUP....................................................................................................................................22
A.     Kesimpulan.....................................................................................................................................22
B.     Saran untuk penelitian mendatang..................................................................................................22








BAB 1
 PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
      Dampak perekonomian dunia dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia, sehingga perkembangan bisnis merosot karena kebutuhan masyarakat yang menurun serta margin keuntungan rendah. Para pengusaha, birokrat, asosiasi industri, dan usaha kecil menengah (UKM) sulit untuk mengembangkan bisnis yang lebih besar terlebih dengan keluarnya kebijakan moneter yang membuat tingkat suku bunga kredit meningkat, ditambah naiknya tarif pajak, dan listrik. Ada dua inti permasalah yaitu: (1) tingginya harga minyak di pasar dunia, dan (2) melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar yang amat tajam. Solusi pemerintah dengan dikeluarkannya paket kebijakan, yang terdiri atas: kebijakan energi, moneter, fiskal, dan ekonomi lainnya. Dari permasalahan tersebut apakah industri mampu bangkit, tumbuh dan bersaing, serta menompang target pertumbuhan ekonomi dengan penggalakan eksport, dan penciptaan lapangan kerja?
      Perubahan tarif dasar listrik, kenaikan BBM, serta kebijakan moneter tidaklah harus menghentikan aktivitas perekonomian, karena masih banyak kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa yang dapat menjadi peluang  dalam bisnis olahraga. Tantangan yang ada pada kondisi perekonomian sekarang adalah merupakan peluang karena persaingan dalam bisnis semakin kecil akibat resesi ekonomi.
Maraknya perkembangan di bidang olahraga, maka membuka peluang yang lebar pada pertumbuhan dan perkembangan bisnis olahraga barang maupun jasa. Olahraga yang melibatkan banyak orang termasuk klub-klub olahraga, sekolah-sekolah, fitness centre, dan perkumpulan-perkumpulan kesehatan selalu melibatkan banyak orang serta membutuhkan alat fasilitas dan jasa. Hal ini tentu saja membuka peluang lapangan kerja terhadap kebutuhan alat, perlengkapan, dan fasilitas untuk mendukung kegiatan olahraga. Disamping itu jasa pelatihan, rekreatif, dan perbaikan alat fasilitas olahraga semakin meramaikan persaingan bebas diantara instansi, klub-klub olahraga serta industri alat olahraga.
Kelemahan umum dalam membuka suatu bisnis olahraga adalah dalam melakukan  pemasaran, serta strategi pemasaran barang atau jasa. Setelah itu manajeman perlu juga mengetahui bagaimana mempertahankan kualitas barang jasa dengan mempertimbangkan dimensi serta alat ukurnya.






2.      Rumusan Masalah
Pertumbuhan bisnis kebugaran di Indonesia terus meningkat sekitar 30 % per
tahun, berdasarkan data pertumbuhan tahun 2003 dan 2004. Untuk saat ini
perkiraannya sudah meningkat mencapai 60 % karena banyak gedung perkantoran dan
mal baru yang menyediakan fitness centre  sesuai kebutuhan pasar.
Kehadiran sport centre atau pusat kebugaran berlokasi di pusat perbelanjaan
barangkali merupakan refleksi dari fenomena kehidupan kota besar sekaligus geliat
pertumbuhan bisnis properti. Rutin bertandang ke pusat kebugaran alias fitness centre
menjadi salah satu cara masyarakat perkotaan menjaga kebugaran tubuhnya. Tak
sedikit pula yang tertarik berlatih di fitness centre untuk body building atau untuk membentuk
tubuh agar berotot.
3.      Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sport centre dan pasarannya





BAB 2
 TINJAUAN TEORITIS

A.    STRUKTUR PASAR

1.      Pasar Persaingan Sempurna
          Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal karena
dianggap sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya
kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya.
Perekonomian merupakan pasar persaingan sempuma. Akan tetapi dalam prakteknya
tidaklah mudah untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya
digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu yang ciri-cirinya
sepenuhnya bersamaan dengan dalam teori. Yang ada adalah yang mendekati ciricirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan disektor pertanian. Namun
demikian, walaupun pasar persaingan sempurna yang murni tidak wujud di dalam
praktek.
Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau
industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli. Dan setiap penjual ataupun
pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.

2.      CIRI-CIRI PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
    Setiap perusahaan adalah “pengambil harga”
Artinya suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau
merubah harga pasar. Adapun perusahaan di dalam pasar tidak akan
menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasarditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan keseluruhan
pembeli.
Ø Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk
Artinya sekiranya perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan
industri tersebut, langkah ini dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada
produsen yang ingin melakukan kegiatan di industri tersebut. Produsen tersebut
dapat dengan mudah melakukan kegiatan tersebut.

Ø Setiap perusahaan menghasilkan barang yang sama
Artinya bahwa barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk
dibeda-bedakan. Pembeli tidak dapat membedakan yang mana dihasilkan oleh
produsen A atau B.
Ø Banyak perusahaan dalam pasar
Artinya karena jumlah perusahan sangat banyak dan relatif kecil jika
dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut. Menyebabkan
kenaikan atau penurunan harga, sedikitpun tidak mempengaruhi harga yang
berlaku dalam pasar tersebut.
Ø Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan di pasar
Artinya bahwa pembeli mengetahui tingkat harga yang berlaku dan perubahanperubahan
ke atas harga tersebut. Sehingga produsen tidak dapat menjual
barangnya dengan harga yang lain lebih tinggi dan pada yang berlaku di pasar.

Beberapa kelemahan / keburukan persaingan sempurna yaitu :
· Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi
· Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial
· Membatasi pilihan konsumen
· Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
· Distribusi pendapatan tidak selalu merata

B. STRATEGI PEMASARAN
1) Fasilitas
Fasilitas yang kami tawarkan kepada pelanggan cukup lengkap
dibandingkan dengan sport centre yang telah ada sebelumnya di daerah
sekitar. Salah satu fasilitas unggulan dari sport centre kami yaitu Multi
Purpose Hall yang dapat difungsikan untuk lapangan futsal indoor dan
dapat pula disewakan untuk berbagai acara baik besar maupun kecil seperti
acara ulang tahun, pernikahan, dll.
2) Price (harga)
Sport Centre kami menawarkan promosi tarif family package yang lebih
hemat dan menguntungkan bagi pengunjung yang tidak dimiliki oleh
pesaing lain di daerah sekitar.
3) Place (tempat)
Lokasinya strategis. Terletak di Jl.Margonda Raya Depok – Jawa Barat
yang merupakan jalan utama yang menghubungkan kota Jakarta dan kota
Depok. Lokasi ini terletak dekat dengan beberapa universitas yang cukup
ternama seperti Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gunadarma,
dengan jumlah mahasiswa yang terus meningkat setiap tahunnya,
mambuat kemungkinan peningkatan pelanggan kami dari tahun ke tahun.
Lokasi kami juga terletak dalam area yang sama dengan salah satu pusat
perbelanjaan (mall) yang cukup terkenal di kota Depok, yaitu Margo City.
Dengan adanya penggabungan sport centre dan mall di lokasi yang sama
maka kami ingin menawarkan suatu konsep baru di kota Depok, yaitu “one
stop entertaining”. Konsep ini berarti pengunjung dapat melakukan
berbagai aktivitas mulai dari berbelanja, makan-makan, sampai
berolahraga di tempat yang sama.
2.3 STRATEGI BERSAING
Di Depok terdapat sport centre yang telah beroperasi terlebih dahulu. Oleh karena itu,
sebagai “pemain baru”, kita harus memiliki segmen, target, dan posisi yang kuat.
Pesaing tersebut ialah :
 Hotel Bumi Wiyata,
 Perumahan Pesona Kayangan, dan
 Cilandak Sport Centre
Alasan umum mengapa memilih pesaing-pesaing tersebut untuk dianalisa ialah karena
memiliki karakteristik dan kriteria yang serupa. Yaitu sama-sama menawarkan jasa
fasilitas olahraga. Untuk Hotel Bumi Wiyata dan Perumahan Pesona Kayangan, kedua
tempat ini terletak di Jalan Margonda, dan sama-sama mempunyai “nama” di kalangan
masyarakat Depok. Sedangkan Cilandak SC, meskipun terletak relatif jauh dari Depok
yaitu di Jakarta Selatan, kemungkinan penduduk Depok mengunjungi tempat ini
sangat besar. Hal ini dikarenakan pola pikir masyarakat yang cenderung ingin
beraktifitas di luar Kota Depok. Selain itu, diantara dua pesaing lainnya, Cilandak SC
memiliki karakteristik yang paling serupa dengan Margo Sport Centre karena sama-
sama berintegrasi dengan pusat perbelanjaan (Cilandak Town Square).
Dari fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh Margo Sport Centre, akan dibanding-
bandingkan dengan fasilitas yang dimiliki para pesaing. Bukan hanya dari segi fasilitas,
namun juga dari segi tarif, waktu layanan, dan lainnya. Hal ini perlu dilakukan guna
mengetahui posisi kita. Untuk mengetahui peluang pasar, potensi, dan posisi kita diantara pesaing-pesaing yang lebih dahulu ada tersebut, maka akan dilakukan analisis benchmarking yang
membandingkan dan melihat kelebihan serta kekurangan kita dengan masing-masing
pesaing ditinjau dari beberapa segi.







BAB 3
LOKUS PENELITIAN
 LOKASI PERUSAHAAN
     Margo Sport Centre merupakan proyek pengembangan oleh pemilik Margo City, yaitu
PT. Search Engine, Tbk. Oleh karena itu, lokasi Margo Sport Centre direncanakan
berada di satu lokasi dengan Margo City yang sudah ada sebelumnya. Satu lokasi
berarti satu akses masuk (enter), satu akses keluar (exit), dan satu lahan parkir.
Meskipun berada di satu lokasi, namun keduanya tidak berada di dalam satu
bangunan. Jadi, Margo City dan Margo Sport Centre merupakan dua bangunan
terpisah yang terintegrasi dalam satu lokasi.


     Lokasi usaha Margo Sport Centre yang juga merupakan lokasi dari Margo City berada
di kawasan paling komersil di Kota Depok, yaitu di Jalan Margonda Pemilihan lokasi usaha berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis antara lain :
 Kemudahan aksesibilitas menuju lokasi.
Seperti yang terlihat pada Gambar 1, dalam denah ini ditunjukkan jalan melalui 3
(tiga) jalur. Yaitu dari arah Bogor (Jalan Raya Bogor), dari arah Jakarta (Tol TB.
Simatupang – akses UI – Jalan Margonda), dan dari arah Bekasi (Tol Jatiwarna
– akses UI – Jalan Margonda).

 Kemudahan sarana transportasi.
Sarana tranportasi untuk menuju lokasi dapat ditempuh melalui angkutan umum
yang beroperasi dalam wilayah tersebut seperti bus, angkutan kota, dan taksi.
Letak lokasi dekat dengan pasar yang potensial.
Dari hasil survey lapangan, di sepanjang Jalan Margonda terdapat banyak
apartemen, universitas (Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma,
Universitas BSI, dan Universitas Pancasila), sekolah umum (SMU 1 Depok)
perumahan (Perumahan Kelapa Dua, Perumahan Pesona Kayangan, dan
lainnya), dan kawasan bisnis dan perdagangan. Hal ini sesuai dengan pangsa
pasar kami, yaitu para mahasiswa, professional muda, dan keluarga.

 Rata-rata penduduk cukup banyak dan padat memiliki penghasilan cukup tinggi.

 Meskipun ada pesaing, diperkirakan kelayakan usaha masih tetap layak.



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.         HASIL DAN PEMBAHASAN

Bisnis Industri Olahraga
Dalam dunia usaha (bisnis) dapat diartikan sebagai perdagangan atau perniagaan yang dilakukan  oleh orang atau badan-badan sebagai kegiatan utama untuk memperoleh penghasilan yang mempunyai nilai lebih dari apa yang dikeluarkan untuk kegiatan itu. Secara lebih luas usaha dapat diartikan keseluruhan kegiatan bisnis yang dijalankan orang-orang atau badan-badan secara teratur dan terus-menerus yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang dan atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk dijual, dipertukarkan, atau disewa gunakan dengan tujuan memperoleh penghasilan atau keuntungan yang optimal (Tarsis Tarmudji, 1991: 4). Kegiatan bisnis dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
1.         Kegiatan bidang agraris, seperti: pertanian , perkebunan, dll.
2.         Kegiatan bidang ekstraktif, seperti: pertambangan, penggalian, dll.
3.         Kegiatan bidang industri seperti: pabrik tekstil, pabrik elektronik, peralatan olahraga, dll.
4.         Kegiatan bidang perdagangan, seperti: agen, makelar, grosir, toko, dll.
5.         Kegiatan bidang jasa, seperti: biro perjalanan, konsultan, perencanaan, akuntan publik, perhotelan, instruktur, pelatihan, dll.
Kegiatan bisnis sesuai dengan struktur ekonomi Indonesia tahun 1993, dapat dikelompokkan menjadi 11 (sebelas), yaitu:
                            




Tabel 1. Kegiatan Lapangan Bisnis

No.      Lapangan Bisnis                                                                      Persentase
1.         Pertambangan dan Penggalian                                                17,9
2.         Industri dan Pengolahan                                                         9,6
3.         Listrik, Gas, dan air Bersih                                         22,3
4.         Konstruksi                                                                               1,0
5.         Perdagangan, Hotel, dan Restoran                             6,8
6.         Pengangkutan dan Komunikasi                                              16,8    
7.         Bank dan Lembaga Keuangan                                                7,0
8.         Sewa Bangunan                                                                      4,3
9.         Pemerintahan dan Pertahanan                                     2,9
10.       Pertanian, Peternakan,Kehutanan, dan Perikanan                  6,8
11.       Jasa-Jasa                                                                                  4,6
           
Sumber: BPS 1993 dalam Kompas
           
Dari struktur ekonomi di atas dapat dijelaskan bahwa sektor industri merupakan peluang bisnis yang terbesar  (22,3%) diantara lapangan bisnis lainnya, sedangkan sektor jasa masih mencapai (4,6%). Namun perkembangan teknologi di tahun 2007 pertumbuhan ekonomi pada lapangan bisnis di sektor industri barang dan jasa meningkat mencapai 3-5%, hal ini merupakan peluang besar dalam membuka lapangan kerja.
            Pertumbuhan ekonomi khususnya pada bisnis olahraga cukup menjanjikan, hal ini disebabkan banyaknya even-even olahraga baik tingkat nasional maupun internasional dapat dijual. Banyak even organizer merasa untung besar dalam menyelenggarakan pertandingan olahraga (khususnya basket, voli, dan sepak bola). Dengan kebutuhan kesehatan maupun prestasi akan olahraga di masyarakat, maka banyak orang yang membutuhkan dan memiliki alat dan fasilitas olahraga secara pribadi. 
Kebutuhan alat dan fasilitas olahraga maka akan meningkatkan permintaan konsumen, dan menumbuhkan bisnis olahraga yang positip.

Karakteristik Bisnis Barang dan Jasa
Karakteristik pemasaran bisnis barang dan jasa menurut Lovelock (1991: 7-8) dapat dibedakan dalam tujuh hal meliputi:
1.         Nature of the product, yaitu produk digambarkan sebuah obyek, alat, atau benda, sedang jasa adalah perbuatan, penampilan atau bisnis.
2.         Greater involvement of customer, yaitu konsumen aktif terlibat dalam proses produksi misalnya: (a) konsumen mengambil/ mengembalikan barang sendiri, (b) saat pijat konsumen memberikan informasi daerah yang sakit atau yang enak.
3.         People as part of the product, yaitu konsumen terlibat dalam produksi penggunaan jasa dan tidak hanya berhubungan dengan instruktur, pelatih, atau tukang pijat, tetapi dengan orang lain (konsultan, dokter olahraga dan lain-lain). 
4.         Greater difficults in maintaining quality control standart, yaitu pada jasa sulit distandarisasikan, tetapi pada barang mudah distandarisasi.
5.         Absense of inventories, yaitu jasa merupakan performance yang tidak dapat disimpan seperti barang.
6.         Importance of time factor, yaitu faktor waktu untuk jasa sangat penting, misalnya konsumen diberitahu berapa lama untuk menunggu sampai jasa dapat dinikmati. Hal ini berbeda dengan barang yang mempunyai stok persediaan.
7.         Different distribution channel, yaitu pada jasa saluran distribusi bervariasi misalnya dengan saluran elektronik, adapun pada barang distribusi mengggunakan saluran fisik.

Industri Olahraga
Industri (industry), yaitu suatu kegiatan untuk memproduksi atau menghasilkan barang yang mempunyai nilai lebih tinggi dari bahan bakunya. Menurut Tarmisi Tarmisi (1991: 7) industri dibagi menjadi 4 (empat), yaitu:
1.         Industri genetik (asli), contoh: perhutanan, perkebunan, pertanian, dll.
2.         Industri ekstraktif, contoh: pertambangan, penggalian batu, emas, dll.
3.         Industri konstruksi, contoh: pembuatan gedung olahraga, stadion, lapangan olahraga, jembatan, dll.
4.         Industri pabrik, contoh: alat-alat olahraga, mesin, pakaian olahraga, sepatu olahraga, dll.
Pada industri konstruksi dan pabrik dapat dikembangkan suatu bisnis olahraga, sehingga pada perkembangan sekarang dapat dibuka industri olahraga yang meliputi barang maupun jasa. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 4) bahwa industri olahraga adalah kegiatan bisnis bidang olahraga dalam bentuk barang dan/ atau jasa. Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang diproduksi, diperjualbelikan, dan/ atau disewakan untuk masyarakat.  Masyarakat yang melakukan industri barang dan/ atau jasa olahraga harus memperhatikan kesejahteraan pelaku olahraga dan kemajuan olahraga.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 36) pembinaan dan pengembangan industri olahraga dilaksanakan melalui kemitraan yang saling menguntungkan agar terwujud kegiatan olahraga yang mandiri dan professional. Tentu saja pemerintah daerah dalam mengembangkan industri olahraga memberikan kemudahan dalam pembentukan sentra-sentra pembinaan dan pengembangan olahraga. Peluang industri olahraga yang dapat dikembangkan pada industri barang contohnya adalah:
1.         Cabang olahraga beladiri meliputi: body protector, glove, genetal protector, head protector, gumshield, pakaian beladiri, deker, leg protector,dll.
2.         Cabang permainan meliputi: bola, glove, sepatu, shuttlecock, raket, bad, training suit, net, jaring, masker, stick, topi, dll.
3.         Cabang atletik meliputi: sepatu spice, tas, kaos kaki, pakaian, stop watch, deker, dll.
4.         Cabang senam meliputi: pakaian senam, assesoris, dll.
Beberapa contoh industri barang olahraga dari Yogyakarta yang sudah memenuhi standard dan telah diekspor ke luar negeri adalah: glove golf, pakaian pencak silat, shuttlecock, dan bola sepak.
Adapun contoh  industri olahraga berbentuk jasa penjualan kegiatan cabang olahraga (event organizer) yang dapat dikembangkan secara profesional adalah:
1.         kejuaraan nasional dan internasional (Liga, Champhionshi, dll.)
2.         pekan olahraga daerah, wilayah, nasional, dan internasional (PORDA, PORWIL, PON, Sea Games, dll.)
3.         promosi, eksibisi olahraga, dan festival olahraga
4.         keagenan, layanan informasi, konsultasi olahraga, terapi olahraga, dll
Kegiatan eksibisi cabang olahraga adalah bentuk kegiatan olahraga yang bersifat tontonan, pameran, dan peragaan, adapun yang dimaksud dengan festival adalah bentuk kegiatan olahraga yang bersifat perlombaan dan hiburan. Bisnis industri olahraga tersebut tentu saja dapat terlaksana dengan adanya kerjasa pemerintah dan/ atau pemerintah daerah dengan cara memfasilitasi pewujudan kemitraan pelaku industri olahraga dengan media massa dan media lainnya.  

Pemasaran
Pemasaran merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak dapat dianggap sebagai fungsi tersendiri. Istilah pasar yaitu terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki kebutuhan, punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka.
 Kotler (1995: 15) mendifinisikan bahwa pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang/ jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi. Dengan demikian manajemen pemasaran adalah proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang mencakup barang maupun jasa serta gagasan berdasarkan pertukaran dan tujuannya dengan memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat.
Namun demikian secara khusus pemasaran jasa (service marketing) tidak sama dengan pemasaran produk. Karena pada jasa setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Disamping itu proses produksi jasa tidak selalu dikaitkan dengan produksi fisik.
Dengan demikian manajemen pemasaran olahraga dapat didefinisikan suatu proses analisis perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tentang; produk/ jasa, harga, promosi, distribusi/ penyampaian, fasilitas fisik, orang, proses, dan janji yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan individu atau organisasi.

Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
            Bauran pemasaran merupakan kiat kelompok pemasaran yang digunakan perusahaan barang/ jasa untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran (Kotler, 1995: 32). Setelah perusahaan barang atau  jasa menentukan pasar sasaran dan menentukan posisi apa yang akan didudukinya di pasar sasaran, maka langkah selanjutnya adalah merancang strategi bauran pemasaran. Untuk memasarkan industri olahraga perlu memisahkan menjadi 2 (dua), yaitu: bauran pemasaran barang dan bauran pemasaran jasa.
 Menurut Sucherly (1999: 10) masing-masing faktor bauran pemasaran adalah sebagai berikut:
1.         Bauran Pemasaran Barang (Tradition Marketing Mix) terdiri dari 4 P, yaitu:
a.         Product (produk barang)
b.         Price (harga barang)
c.         Place (tempat atau penyaluran barang)
d.         Promotion (iklan, wiraniaga, humas, pemasaran langsung) 
2.  Bauran Pemasaran Jasa (The Expended Marketing Mix for Service) terdiri dari 7 P, yaitu:
a.         Product (produk jasa)
b.         Price (harga barang)
c.         Place/ Delivery (tempat/ penyaluran jasa)
d.         Promotion (iklan, wiraniaga, humas, pemasaran langsung)
e.         Physical Evidence (dukungan fasilitas fisik yaitu design, aestheties)
f.          Process  (serangkaian tahapan yang berkaitan dengan pelanggan)
g.         People/ Participants (karyawan,  instruktur, pelanggan, komunikasi)
Bauran pemasaran jasa adalah serangkaian alat-alat pemasaran jasa yang dapat dikendalikan untuk melayani Target Market Segments (Sucherly, 1999: 9). Masing-masing pemasaran memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga untuk mengatasi kelemahan dengan cara mencari kelebihan alat yang lain dari bentuk bauran (mix). 
            Untuk memasarkan peralatan olahraga (raket, bola, stik golf, deker, dan alat-alat fitness), maka perlu memperhatikan bauran pemasaran produk yaitu: (1) bentuk produk fisik peralatan olahraga, (2) harga dan diskon yang ditawarkan, (3) sasaran konsumen, dan (4) saluran promosi lewat TV dan advertising.
Sedang untuk memasarkan jasa olahraga misalnya pada finess centre, maka perlu memperhatikan bauran pemasaran jasa yaitu:  (1) produk jasa fitness centre, (2) harga dan diskon yang diberikan, (3) tempat latihan yang strategis, (4) saluran promosi lewat advertising, humas, dll. (5) dukungan fasilitas fisik yaitu; ruangan yang berkaca, peralatan modern, dan gambar/ petunjuk, konsultasi dokter gratis, dll. (6) proses dengan cek kesehatan, fisik, warmming up, latihan sirkuit training, dan colling down, (7) partisipasi adalah keterlibatan member dalam melaksanakan program latihan dengan penuh semangat. 
 
Dimensi Kualitas Jasa
            Untuk memasarkan produk barang/ jasa yang berkualitas, maka perlu memperhatikan dimensi-dimensi yang penting. Menurut Parasuraman, Zeithml, dan Berry (1985: 41-45), mengidentifikasi 10 (sepuluh) faktor utama dalam menentukan kualitas jasa yang  meliputi :
1.         Reliability (keajegan),
2.         Responsiveness (tanggap),
3.         Competence (terampil dan berpengetahuan),
4.         Access (mudah terjangkau),
5.         Courtesy (sopan dan ramah),
6.         Communication (mudah dimengerti),
7.         Credibility (dipercaya),
8.         Security (keamanan),
9.         Understanding/ Knowing the customer (memahami kebutuhan konsumen),
10.       Tangibles (berujud).
            Dalam perkembangannya Parasuraman et., all (1988: 12-40) menemukan bahwa sepuluh dimensi yang ada dapat dirangkum menjadi lima dimensi pokok, yang meliputi;
1. Tangibles (berujud), yaitu alat/ fasilitas pendukung
2. Realibility (kemudahan), yaitu kemudahan dalam memperoleh barang/ jasa  dan pelayanan
3. Responsiveness (tanggap terhadap konsumen)
4. Assurance (security, credibility, courtesy, competence)
5. Empaty (access, communication, understanding the customer).
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa pada olahraga minimal harus memenuhi kelima dimensi yang meliputi :
1.         Berujud, yaitu pelatih yang berijasah, mesin pelempar bola yang handal, pelindung badan yang aman, dan pelatih/ instruktur yang ramah dan sabar.
2.         Kemudahan, yaitu transpotasi tempat latihan terjangkau, dan mudah untuk berkomunikasi.
3.         Keajegan, yaitu dalam melayani atlet/ member tidak pilih kasih serta sesuai dengan standar.
4.         Tanggap, yaitu menerima keluhan dari atlet/ member serta cepat merespon.
5.         Memberi jaminan keamanan terhadap kecelakaan dalam latihan maupun penitipan barang.

Kualitas Jasa Olahraga
Untuk mencapai tingkat kualitas jasa pelayanan, dalam hal ini erat hubungannnya dengan tingkat kepuasan pelanggan. Karena sulitnya pelayanan kualitas jasa, maka perlu strategi dalam konsep manajemen pemasaran jasa seperti yang dikemukakan Yuyus Suryana (1999: 3-4) adalah sebagai berikut :
1.         Merumuskan suatu strategi pelayanan
            Yaitu strategi tingkat keunggulan yang dijanjikan kepada pelanggan. Hal ini meliputi; bidang bisnis apa yang berhubungan dengan olahraga, siapa calon pelanggannya, dan apa yang dibutuhkan pelanggan.
2.         Mengkomunikasikan kualitas pada pelanggan
Yaitu menginformasikan kepada pelanggan sehingga mengetahui dengan jelas tingkat pelayanan yang akan diperoleh, antara lain ruang tunggu, peralatan yang modern, pemeriksaan kesehatan yang berkala dan lain-lain.  
3.         Menetapkan suatu standart yang jelas dan terukur
Walaupun pada jasa sulit untuk menetapkan standar, tetapi perlu dibisniskan sehingga bagi pelanggan akan jelas mengenai tingkat kualitas yang akan dicapai.
4.         Menetapkan sistem pelayanan yang efektif pada pelanggan
            Yaitu memberikan suatu sistem, metode, dan prosedur yang efektif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat.
5.         Karyawan yang berorientasi pada kualitas pelayanan
            Yaitu instruktur, pelatih, atau tukang pijat yang berkualitas dan bersertifikat serta mengetahui dengan jelas standar kualitas pelayan.
6.         Survai tentang kepuasan dan kebutuhan pelanggan
Yaitu instansi/ perbisnisan selalu melakukan survey secara periodik dan sistimatis  sehingga dapat mengetahui tentang kepuasan pelanggan dan kebutuhannya yang selalu berubah-ubah.
            Menurut Pasuraman, A. et. al. (1985: 44) jasa yang diharapkan pelanggan selalu meningkat dikarenakan harapan pelanggan selalu dipengaruhi oleh:
1.         Word of Mouth yaitu komunikasi kata mulut diantara para atlet/ member yang menggunakan jasa olahraga.
2.         Personal Needs yaitu kebutuhan pribadi dari masing-masing atlet/ member.
3.         Past Experience  yaitu pengalaman dari pembelian jasa dimasa lalu.       
  
Strategi Mutu Pemasaran
            Mutu adalah tugas semua orang, seperti halnya juga pemasaran adalah tugas semua orang pada devisi pemasaran. Mutu seluruh ciri serta sifat barang/ jasa yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun tersirat. Adapun mutu total adalah kunci penciptaan nilai dan kepuasan pelanggan       
            Strategi untuk mencapai mutu pemasaran total tergantung pada direktur Total Quality Marketing (mutu pemasaran total), dengan memerlukan pemahaman-pemahaman sebagai berikut :

1.         mutu harus disadari pelanggan
2.         mutu harus selalu ditampilkan dalam setia kegiatan perbisnisan barang/ jasa
3.         mutu memerlukan komitmen karyawan
4.         mutu memerlukan mitra yang bermutu (penyalur)
5.         peningkatan mutu sering memerlukan lompatan jauh ke depan
6.         mutu tidak perlu lebih mahal
Ada enam (6) konsep strategi kepuasan pelanggan menurut Kotler (1994: 91) adalah sebagai berikut :
1.         Relationship marketing strategy, yaitu cara untuk menciptakan hubungan jangka panjang untuk mewujudkan kesetiaan pelanggan melalui kemitraan. Contohnya mengadakan hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah klub-klub olahraga, dan KONI dengan terencana.
2.         Superior customer service strategy, yaitu menawarkan jasa yang lebih baik dibandingkan dengan jasa yang ditawarkan pesaing. Contoh Klinik kebugaran selain menawarkan senam aerobik, fitness centre, juga menawarkan terapi terhadap pasien yang stroke.
3.         Extra ordinary guarantees strategy, yaitu memberikan jaminan istimewa untuk mengatasi kerugian pelanggan. Contohnya para mahasiswa yang mengikuti pertandingan mendapat asuransi kecelakaan.
4.         Customer complain handling strategy, yaitu penanganan keluhan untuk merubah ketidakpuasan menjadi kepuasan dan loyalitas pelanggan. Pada organisasi olahraga ada penanggungjawab khusus yang menangani permasalahan pada saat berlatih.
5.         Service performance improvement strategy, yaitu perbaikan setiap dimensi kualitas secara periodik dan terus menerus untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Contohnya gedung olahraga, peralatan, pelayanan terhadap atlet/ member, kemanan, dan lain-lain).
6.   Quality function deployment strategy, yaitu perancangan suatu proses sebagai respon terhadap kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Klub dan perkumpulan olahraga harus selalu cepat dalam menanggapi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga dapat memanfaatkan yang ada. 
            Unit bisnis harus berusaha dapat menata sasarannya secara hirarkis dari yang paling penting sampai yang kurang penting, dengan misi memberikan pelayanan baik bagi pelanggan. Dasar pemikiran strategis menurut Porter (1999) dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.         Keunggulan biaya keseluruhan, yaitu manajer berusaha menekan biaya produksi dan distribusi serendah mungkin sehingga harganya lebih rendah dari pada pesaingnya.
2.         Pembedaan (Deferensiasi), yaitu manajer berusaha mencapai kinerja yang terbaik sesuai dengan keinginan pelanggan. Pembedaan terbaik dapat berupa dalam pelayanan, mutu, gaya, teknologi, dan lain-lain.
3.         Fokus, yaitu manajer memfokuskan pada salah satu segmen pasar yang sempit dan tidak mengejar pasar umum. Contoh: (a) membuka kursus tenis bagi eksekutif yaitu: direktur, rektor, dekan, bupati, dll. (b) Pengobatan alternatif dengan latihan pernafasan.
HASIL
 Dari hasil pembahasan diatas, sport centre dapat di kelompokkan kedalam pasar persaingan sempurna.


BAB 5
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
     Tugas ini dimaksudkan untuk melakukan analisa kelayakan proyek pembangunan
Margo Sport Centre di Jalan Margonda, dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan
pembangunan sport centre tersebut ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan organisasi, aspek
hukum dan legalitas, serta aspek ekonomi dan keuangan.
Berdasarkan analisis dari aspek pasar dan pemasaran yang meninjau dari gambaran
umum prospek pasar produk hingga keputusan strategi apa yang akan dijalankan guna
menjangkau segmen pasar yang menjadi target pasar, maka dapat disimpulkan bahwa
proyek ini layak untuk dilaksanakan.
2.      SARAN
     Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara keseluruhan dari 5 (lima) aspek
kelayakan diatas dapat disimpulkan bahwa proyek ini memiliki prospek yang baik dan
layak untuk dilaksanakan.

No comments:

Post a Comment