Kadang-kadang
manajemen perusahaan mendapatkan alternative membeli atau membuat sendiri untuk
mendapatkan suatu produk. Akuntan Manajemen harus bisa memberikan alternative
yang paling menguntungkan bagi perusahaan atas keputusan yang akan dipilih.
Contoh
kasus:
Perusahaan
buku tulis “RAPI”, membuat buku tulis bergaris isi 100 halaman (50 lembar).
Mesin-mesin yang dipakai antara lain adalah: mesin potong, mesin pemberi garis,
dan mesin jilid. Mesin pemberi garis juga
bisa digunakan untuk membuat cover buku. Kapasitas mesin pemberi garis adalah 100.000 unit buku, apabila digunakan secdara full untuk membuat buku. Tetapi saat ini kapasitas baru digunakan 60% (60.000 unit buku) sementara sisanya 40.000 untuk mencetak cover buku. Rincian biaya untuk mencetak cover (sampul) buku tersebut adalah sebagai berikut:
bisa digunakan untuk membuat cover buku. Kapasitas mesin pemberi garis adalah 100.000 unit buku, apabila digunakan secdara full untuk membuat buku. Tetapi saat ini kapasitas baru digunakan 60% (60.000 unit buku) sementara sisanya 40.000 untuk mencetak cover buku. Rincian biaya untuk mencetak cover (sampul) buku tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan
|
Jumlah
|
Per Unit
|
Produk sampul
|
40,000
|
-
|
Bahan sampul
|
2,000,000
|
50.00
|
Upah Langsung
|
1,600,000
|
40.00
|
BOP Variabel
|
2,400,000
|
60.00
|
BOP Tetap *)
|
2,000,000
|
50.00
|
Jumlah :
|
8,200,000
|
200.00
|
Catatan: BOP
tetap total sebesar: Rp 5.000.000,-- terdiri dari: penyusutan mesin, penyusutan
gedung dan assuransi kebakaran, yang dialokasikan secara proporsional antara
produk buku garis dengan sampul dengan perbandingan 60 : 40.
Kekurangan
sampul yang 20.000 lembar dipesan dari percetakan luar, seharga Rp 175,00 per
lembar. Dengan adanya informasi biaya (perhitungan harga pokok produksi)
tersebut, maka Manajer Produksi akan memutuskan semua sampul untuk dipesan dari
luar. (menurut manajer tersebut harga pesan diluar lebih rendah Rp 25,00 per
lembar).
Marilah
kita telaah lebih lanjut kasus tersebut. Perhitungan untuk pengadaan 60.000
lembar sampul selama ini adalah sebagai berikut:
Keterangan
|
Jumlah
|
Per Unit
|
Produk sampul
|
40,000
|
-
|
Bahan sampul
|
2,000,000
|
50.00
|
Upah Langsung
|
1,600,000
|
40.00
|
BOP Variabel
|
2,400,000
|
60.00
|
BOP Tetap
|
2,000,000
|
50.00
|
Jumlah :
|
8,000,000
|
200.00
|
Harga beli kekurangan
|
3,500,000
|
175.00
|
Total biaya + Pembelian *)
|
11,500,000
|
191.67
|
*)
harga pokok per lembar jadinya adalah: (Rp 8.000.000 + Rp 3.500.000) : 60.000
lembar.
Sementara
perbandingan alternative apakah mau membeli semua atau tetap dalam kondisi
seperti saat ini (existing) adalah sebagai berikut:
Keterangan
|
saat ini
|
membeli semua
|
selisih
|
kebutuhan sampul
|
60,000
|
60,000
|
0
|
Bahan sampul
|
2,000,000
|
-
|
(2,000,000.00)
|
Upah Langsung
|
1,600,000
|
-
|
(1,600,000.00)
|
BOP Variabel
|
2,400,000
|
-
|
(2,400,000.00)
|
BOP Tetap
|
2,000,000
|
2,000,000.00
|
-
|
Harga beli kekurangan
|
3,500,000
|
10,500,000.00
|
7,000,000.00
|
Total biaya
|
11,500,000
|
12,500,000
|
1,000,000.00
|
Dari
table tersebut terlihat bahwa ternyata dengan memfaatkan fasilitas produksi
sendiri masih bisa menghemat Rp 1.000.000,--. Selisih tersebut merupakan biaya
tetap, sehingga walaupun perusahaan memesan produk dari luar (membeli) biaya
tersebut tetap harus ditanggung. Dari konsep biaya relevan, maka yang termasuk
biaya relevan adalah : bahan baku, upah
langsung dan BOP variable, serta biaya pembelian. Sementara BOP tetap,
merupakan biaya yang tidak relevan untuk pengambilan keputusan, karena biaya
penyusutan dan biaya assuransi adalah biaya yang dibebankan karena periode
waktu. Kedua jenis biaya tersebut adalah biaya yang sudah terjadi dimasa lalu,
sehingga apapun keputusan manajemen terhadap pilihan produksi atau pesan keluar
tidak akan berpengaruh terhadap biaya tersebut.
1.2 Konsep
Biaya Kesempatan (Oportunity Cost)
“Biaya
kesempatan” atau “opportunity cost”, adalah suatu konsep yang diartikan sebagai
beban yang harus dipertimbangkan untuk mengambil keputusan dari beberapa
alternative, atau sebagai pendapatan yang tidak jadi diperoleh karena suatu
keputusan yang sudah diambil.
Biaya
kesempatan bukan merupakan biaya seperti layaknya pengeluaran aktiva untuk
tujuan, seperti halnya pengeluaran kas untuk membiayai sesuatu. Biaya
kesempatan juga bukan merupakan biaya masa lalu (“sunk cost”) seperti halnya
biaya penyusutan. Biaya kesempatan hanya digunakan untuk kepentingan
pengambilan keputusan khusus.
Contoh
kasus 1:
Seorang
akuntan, bekerja pada kantor akuntan public (KAP), yang menerima gaji sebesar
Rp 10.0000.000,00 per bulan. Karena merasa bahwa dia telah memiliki relasi yang
cukup luas, maka Akuntan tersebut ingin berhenti bekerja dan ingin mendirikan
Kantor Akuntan sendiri yang akan dikelola bersama-sama temannya. Dengan membuka
kantor sendiri, dia yakin bahwa dalam satu bulan akan bisa menghasilkan jasa
pemeriksaan minimal Rp 50.000.000,--
sementara biaya operasional satu bulan: Rp 35.000.000,-- (sewa kantor, listrik,
telepon ATK dan gaji pegawai). Sisa penghasilan bersih sebesar Rp 15.000.000,--
menjadi penghasilan Akuntan sebagai pemilik.
Pemecahan
kasus tersebut adalah sebagai berikut:
- Pendapatan
kantor akuntan (usaha sendiri):
Rp 50.000.000,--
- Biaya
Operasi ……………: Rp 35.000.000,--
- Biaya
kesempatan (gaji)…. Rp
10.000.000,--
- Total biaya
relevan:
Rp 45.000.000,--
- Laba (rugi)
relevan (sbg bahan pertimbangan): Rp
5.000.000,--
Dengan
membuka kantor sendiri ternyata akuntan tersebut mendapatkan keuntungan relevan
sebesar Rp 5.000.000,--, maka keputusan untuk keluar bekerja dengan membuka
kantor sendiri ternyata lebih menguntungkan.
Contoh
kasus 2:
Tuan
Whisnu memiliki ruko yang disewakan kepada orang lain untuk toko roti, dengan
pendapatan sewa Rp 800.000,-- per bulan. Setelah berjalan satu tahun, Tn Whisnu
memiliki ide untuk mengelola sendiri ruko tersebut, dengan alternative untuk
“video rental” atau toko buku. Taksiran penerimaan dan pengeluaran kas adalah
sebagai berikut:
KETERANGAN
|
toko buku
|
vidio rental
|
||
Pendapatan/bulan
|
14,000,000.00
|
7,500,000.00
|
||
Biaya Operasi
|
(10,000,000.00)
|
(5,000,000.00)
|
||
Biaya Kesempatan
|
(800,000.00)
|
(800,000.00)
|
||
Jumlah biaya relevan
|
(10,800,000.00)
|
(5,800,000.00)
|
||
Laba bersih (relevan):
|
3,200,000.00
|
1,700,000.00
|
Dari
contoh tersebut terlihat, bahwa dari ketiga alternative: disewakan, mengelola
toko buku dan mengelola video rental, ternyata usaha toko bku memberikan laba
bersih relevan paling tinggi, yaitu: Rp 3.200.000,-- (disewakan hanya Rp
800.000,-- sementara video rental Rp 1.700.000,--)
5.3 Latihan
1. PT
Kartikasari, memiliki pabrik tenun yang memproduksi kain mori dengan kapasitas
normal adalah 1.000.000 meter.
Perusahaan bisa memilih alternative sebagai berikut:
·
Menjual seluruh produk mori dengan harga
Rp 3.500,-- per meter.
·
Menjual 80% mori kasar dan sisanya 20%
diproses lebih lanjut menjadi mori halus dengan harga dua kali lipat (Rp
7.000,-- per meter. Untuk proses menjadi mori halus diperlukan tambahan biaya
Rp 1.500,-- per meter. Dalam proses lanjutan 75% menjadi mori halus, 15% tetap
menjadi mori kasar dan sisanya 10% rusak dan tidak bisa dijual sama sekali.
·
Alternative manakah yang paling
menguntungkan bagi PT Kartikasari, apakah tetap menjual seluruhnya sebagai mori
kasar, atau menjual 80% dan sisanya diproses lebih lanjut menjadi mori halus.
2. PT
Sajidan memiliki fasilitas produksi yang bisa membuat dua jenis produk, yaitu
“Produk A” dan Produk B”/ Data dari kedua jenis produk tersebut adalah sebagai
berikut:
KETERANGAN
|
Produk A
|
Produk B
|
Harga jual/unit
|
500
|
400
|
Biaya Var./unit
|
250
|
300
|
Marjin Kontribusi/unit
|
250
|
100
|
*) Kapasitas jam
operasi
|
400,000
|
400,000
|
waktu proses/unit
(jam)
|
20
|
4
|
*)
jam operasi tidak bisa bersamaan.
PT
Sajidan hanya bisa memilih jenis produk “A” atau “B”, untuk itu tentukan
alternative mana dari kedua produk tersebut yang bisa memberikan keuntungan
maksimal.
3. PT
Whisnu Murti memiliki tiga cabang, yang berlokasi di kota-kota: Tangerang,
Cilegon dan Serang. Sebagai bahan evaluasi kinerja ketiga cabang tersebut
selama tahun 2010, Departemen Akuntansi Keuangan telah mengeluarkan laporan tahunan
sebagai berikut:
KETERANGAN
|
CILEGON
|
SERANG
|
TANGERANG
|
Penjualan
|
300,000
|
200,000
|
400,000
|
Biaya Langsung:
|
|||
Harga Pokok Penj.
|
(180,000)
|
(114,000)
|
(265,000)
|
Gaji Bag. Penjualan
|
(34,000)
|
(26,000)
|
(38,000)
|
Biaya Administrasi
|
(400)
|
(300)
|
(450)
|
Suplies
|
(1,100)
|
(900)
|
(1,200)
|
Biaya Pengiriman
|
(5,000)
|
(3,800)
|
(6,200)
|
Sewa Kantor Cabang
|
(20,000)
|
(19,200)
|
(22,500)
|
Kontribusi laba:
|
59,500
|
35,800
|
66,650
|
Biaya alokasi:
|
|||
Advertensi bersama
|
(12,000)
|
(8,000)
|
(16,000)
|
Administrasi Pusat
|
(32,000)
|
(32,000)
|
(32,000)
|
Kontribusi Bersih:
|
15,500
|
(4,200)
|
18,650
|
Catatan: Angka-angka
tersebut dalam ribuan rupiah (x Rp).
Pimpinan perusahaan memerintahkan kepada
Manajer Akuntansi untuk membuat evaluasi apakah selayaknya cabang di Serang
ditutup atau diteruskan usahanya.
No comments:
Post a Comment