Analisa break even point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan.
Analisa break even point juga bisa dikatakan suatu keadaan dimana jumlah nilai penjualan sama dengan jumlah biaya perusahaan. Pada dasarnya ada tiga cara untuk mengetahui tingkat pulang pokok (break even point), yaitu:
Analisa break even point juga bisa dikatakan suatu keadaan dimana jumlah nilai penjualan sama dengan jumlah biaya perusahaan. Pada dasarnya ada tiga cara untuk mengetahui tingkat pulang pokok (break even point), yaitu:
(a) Metode
persamaan biasa
(a)
BEP
= TOTAL BIAYA VARIABEL + TOTAL BIAYA TETAP
|
Metode
Persamaan Biasa; break even point (BEP) bisa dicari dengan membuat persamaan,
dimana “laba” sama dengan 0 (nol), yaitu dengan formula
Contoh:
seorang pengusaha akan menjual mainan anak-anak dalam acara pameran, dengan
harga jual Rp 2.500,-- per unit:, biaya variable pembuatan mainan tersebut
adalah: Rp 1.500,-- per unit, sedangkan biaya tetap sebesar Rp 75.000,-- per
hari, yaitu upah penjaga stand di pameran. Berapa unitkah minimal mainan
tersebut harus terjual dalam satu harinya.
Dengan
menggunakan rumus persamaan tersebut diatas, BEP dalam satu hari bisa dicari
sebagai berikut: Umpama jumlah BEP unit adalah “X”, maka
2.500
X =
1.500 X + 75.000
2.500
X -
1.500 X = 75.000
1.000
X = 75.000
X = 75.000 /
1.000 = 75 unit. Jadi BEP dalam satu hari adalah : 75 unit mainan harus terjual.
Pembuktian:
Nilai penjualan 75 unit x Rp 2.500,-- = Rp 187.500,--
Rp 187.500,--
|
Biaya
variable: 75 unit x Rp 1.500,-- =
Rp 112.500,--
Biaya
tetap 1 hari
= Rp 75.000,--
Laba =
Rp. 0 ,--
Apaabila
perusahaan menghendaki adanya tingkat laba, maka formula persamaan tinggal
ditambahkan laba yang dikehendaki sebagai berikut:
Penjualan
yang dikehendaki = TOTAL BIAYA
VARIABEL + TOTAL BIAYA TETAP + LABA
|
Dengan
demikian apabila pengusaha tadi menghendaki keuntungan dalam satu hari sebesar
Rp 50.000,-- maka dalam satu hari penjualan harus mencapai (umpama X unit), =:
2.500
X = 1.500 X + 75.000 + 50.000
2.500
X -
1.500 X = 125.000
1.000
X =
125.000
X =
125.000 : 1.000 = 125 unit.
(b)
Harga
jual - biaya variabel
|
BEP
dalam volume penjualan = Jumlah Biaya Tetap / marjin kontribusi per unit.
Sehingga dengan menggunakan contoh yang sama, Junlah penjualan satu hari dalam
tingkat BEP = 75.000 : (2.500 – 1.500)
= 75 unit.
Tingkat
penjualan yang dikehendaki bisa dihitung dengan formula:
(Biaya
Tetap Total + Laba) : Marjin Kontribusi per unit
|
(c) Pendekatan
dengan metode “grafik”; break even point juga bisa dicari dengan pendekatan
grafik. Langkah-langkah penyelesaiannya, dengan pendekatan grafik atas contoh
kasus yang lalu adalah dengan membuat tiga grafik, yaitu grafik biaya variable,
grafik biaya tetap dan grafik penjualan. Kemudian ketiga grafik tersebut
digabungkan dalam sebuah grafik, sebagaimana gambar berikut:
Grafik Penjualan, perilakunya sama
dengan grafik biaya variable,
garisnya linier tergantung jml unit yang terjual.
|
Grafik Biaya Tetap, berupa garis lurus
sejajar dengan sumbu X (jmlh unit terjual). Berapapun jml terjual biaya
tetap jumlahnya sama.
|
Grafik biaya variable, sumbu Y adalah total biaya variabel;
sumbu X adalah jumlah unit yang terjual. Grafik varcost akan bergerak
secara linier sesuai jumlah
unit x tarip varcost.
|
Langkah
selanjutnya adalah menggabungkan ketiga grafik tersebut (grafik varcost; grafik
fixed cost dan grafik penjualan) dalam satu grafik sebagai berikut:
Penjualan
|
Rp
(biaya/penjualan)
Daerah laba
|
Biaya Total
|
187.500
|
Daerah rugi
|
x
750000
|
Biaya tetap Rp 75.000
|
0
75 unit
|
Anggaran
(tingkat) penjualan dalam nilai (Rp) bisa dicari dengan rumus:
(Biaya
tetap total + laba yang diinginkan)/ % marjin
kontribusi per unit
|
Contoh:
Perusahaan mainan elektrik anak-anak
“Sajidan”, memiliki kapasitas produksi terpasang 210.000 unit per tahun.
Kapasitas normal 180.000 unit per tahun. Standar biaya variable per unit adalah
Rp 11.000,-- BOP tetap Rp 540.000.000,-- per tahun; biaya variable pemasaran Rp
3.000,-- per unit, sedangkan biaya penjualan tetap adalah: Rp 252.000.000,--
per tahun. Harga jual adalah: Rp 20.000,-- per unit.
Dari data tersebut, Anda diminta untuk:
(a) Break
even point dalam rupiah dan dalam unit.
(b) Berapa
unit mainan harus terjual dalam setahun untuk mendapatkan keuntungan Rp 60
juta.
(c) Berapa
unit harus terjual untuk mendapatkan laba bersih 10% dari penjualan.
Jawab:
(a) Harga
jual/unit …………….. : Rp
20.000,--
Biaya
Var Prod: Rp 11.000,--
Biaya
var. Penj : Rp 3.000,--
Total
biaya variable: ……………. Rp 14.000,--
Marjin
kontribusi per unit = Rp 6.000,-- atau 30% dari penjualan.
Jadi
BEP dalam rupiah adalah: (540.000.000 + 252.000.000)/30% = Rp 2.640.000.000,--
BEP
dalam unit: (540.000.000 + 252.000.000)/6.000 = 132.000 unit
(b) Untuk
mendapatkan keuntungan Rp 60.000.000,-- dalam satu tahun, maka mainan yang
harus terjual adalah: (540.000.000 + 252.000.000 + 60.000.000)/6.000 = 142.000
unit
(c) Untuk
mendapatkan laba bersih 10% dari penjualan, bisa dicari dengan persamaan,
dimana diumpamakan jumlah unit yang terjual = X, maka persamaannya adalah:
20.000
X = (11.000 X + 3.000 X + 540.000.000 + 252.000.000) + (10% x 20.000X)
20.000
X – 11.000 X – 3.000 X – 2.000 X = 792.000.000
4.000
X =
792.000.000
X
= 792.000.000/4.000 = 198.000 unit.
4.2 Biaya Relevan Dalam Pengambilan Keputusan
Jangka Pendek
Istilah
relevan berhubungan dengan sesuatu hal. Suatu biaya disebut relevan artinya
adalah biaya yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pengambil
keputusan. Dalam konteks untuk pengambilan keputusan, “biaya relevan” adalah
biaya yang layak dipertimbangkan untuk memutuskan sesuatu. Sementara biaya yang
tidak layak untuk dipertimbangkan disebut “biaya tidak relevan”.
Cirri-ciri dari
biaya relevan adalah:
·
Jumlah biaya yang selalu berbeda untuk
setiap alternative keputusan.
·
Berhubungan dengan waktu yang akan
datang (future cost).
Untuk
lebih memahami tentang biaya relevan, coba perhatikan kasus berikut:
PT
Segar adalah perusahaan air minum kemasan yang memiliki kapasitas terpasang
1.000.000 botol per tahun. Tahun 2011 menganggarkan produksi 800.000 botol.
Minuman botol tersebut dijual di pasar dengan harga Rp 1.500,--. Data biaya
produksi per botol dianggarkan sebagai berikut:
·
bahan minuman
|
300
|
·
botol
|
250
|
·
upah langsung
|
200
|
·
penyusutan *)
|
150
|
·
gaji tetap *)
|
100
|
·
hg pokok prod/ botol
|
1,000
|
*) berdasarkan tingkat produksi
1.000.000 (Biaya penyusutan 1 th: Rp 150.000.000,-- dan gaji tetap Rp
100.000.000,-- per tahun.
Pada
bulan Februari 2011 KONI cabang Banten sebagai tuan rumah PON memesan minuman
untuk penyelenggaraan event tersebut sebanyak 100.000 botol. Tetapi harga yang
diminta adalah Rp 900,--. Sebagai
Manajer Akuntansi Saudara diminta membuat perhitungan apakah pesanan dari KONI
tersebut layak diterima atau ditolak!
Pada
bab 3 sudah dijelaskan bahwa pesanan khusus akan diterima apabila memenuhi
criteria-kriteria sebagai berikut:
- kapasitas
produksi masih tersedia.
- Harga
pesanan lebih tinggi dari direct cost (masih ada marjin kontribusi).
- Pesanan
tidak rutin sehingga tidak merusak harga umum.
Dalam
kaitan contoh kasus diatas, kita bisa melihat mana biaya relevan dan mana biaya
yang tidak relevan untuk mendukung keputusan yang akan diambil.
Dengan berpedoman kepada criteria yang
dijelaskan sebelumnya, bahwa “biaya relevan” adalah apabila:
·
Jumlahnya selalu berbeda untuk setiap
alternative keputusan.
·
Berhubungan dengan waktu yang akan ltern
(future cost).,
Dengan
demikian semua jenis biaya produksi air minum kemasan tersebut perlu diurai sebagai berikut:
No
|
Jenis Biaya
|
Beda tiap
|
Sudah Terjadi/
|
Sifat biaya
|
Alternatif
|
(future cost)
|
|||
1
|
bahan minuman
|
ya
|
future cost
|
relevan
|
2
|
botol
|
ya
|
future cost
|
relevan
|
3
|
upah langsung
|
ya
|
future cost
|
relevan
|
4
|
penyusutan
|
tidak
|
sudah terjadi
|
tdk relevan
|
5
|
gaji tetap
|
tidak
|
setiap waktu
|
tdk relevan
|
Bahan
minuman, botol dan upah langsung merupakan biaya relevan, karena jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan alternative produksi yang akan dipilih, dan juga
jenis biaya tersebut merupakan future cost (belum terjadi). Sementara untuk
biaya penyusutan dan gaji tetap merupakan biaya yang tidak relevan untuk
mengambil keputusan.
Kesimpulannya
adalah bahwa untuk mengambil keputusan menerima atau menolak pesanan tersebut
hanya biaya relevan yang perlu diperhitungkan. Sehingga pesanan KONI tersebut
diterima atau tidak bisa dijelaskan sebagai berikut:
- Kapasitas
terpasang 1 juta botol, sementara baru terpakai 800 ribu botol, sehinga
masih tersedia sisa untuk produksi 200 ribu botol, sedangkan pesanan KONI
hanya 100.000 botol kemungkinan masih bisa dipenuhi.
- Harga
pesanan Rp 900,-- sementara variable cost/botol hanya: Rp 750,-- (bahan +
botol + upah), sehingga masih ada kontribusi marjin: Rp 150,--/botol.
Dengan demikian pesanan tersebut masih memberikan keuntungan bagi
perusahaan.
- Pesanan
KONI tersebut hanya untuk event tertentu (hanya untuk event PON), sehingga
tidak akan merusak harga pasar existing (pasar yang sudah ada).
- Tolong
Saudara buat perhitungan konkritnya apakah pesanan tersebut memang layak
bisa diterima.
1.3 Latihan
Kasus
1. Koperasi
Mahasiswa Unsera mendapat tawaran untuk menyewa stand di Pusat Pembelanjaan
yang akan dibuka. Salah satu mahasiswa mempunyai ide untuk menjual kue donat
yang akan dijual dengan harga Rp 5.000,-- per buah. Biaya tetap selama satu
tahun dianggarkan sebagai berikut:
·
Sewa stand per tahun :
Rp 5.500.000,--
·
Gaji pengawas/tahun :
Rp 17.600.000,--
·
Biaya listrik : Rp
2.100.000,--
·
Biaya tetap lain : Rp
4.800.000,--
·
Jumlah biaya tetap/th :
Rp 30.000.000,--
·
Biaya variable yang terdiri bahan kue:
Rp 4.000,-- dan komisi penjualan : Rp 250,--
Atas
data tersebut Saudara diminta untuk:
(a) Mengitung
break even point baik dalam unit (volume) maupun nilai rupiah.
(b) Bila
terjual 35.000 kue, berapakah keuntungan (kerugian) yang dialami.
(c) Apabila
komisi penjualan diganti dengan gaji tetap Rp 750.000,-- per bulan, berapakah
BEP yang baru dengan keputusan penghapusan komisi penjualan tersebut.
2. PT
Segar adalah perusahaan air minum kemasan yang memiliki kapasitas terpasang
1.000.000 botol per tahun. Tahun 2011 menganggarkan produksi 800.000 botol.
Minuman botol tersebut dijual di pasar dengan harga Rp 1.500,--. Data biaya
produksi per botol dianggarkan sebagai berikut:
·
bahan minuman
|
300
|
·
botol
|
250
|
·
upah langsung
|
200
|
·
penyusutan *)
|
150
|
·
gaji tetap *)
|
100
|
·
hg pokok prod/ botol
|
1,000
|
*) berdasarkan tingkat produksi
1.000.000 (Biaya penyusutan 1 th: Rp 150.000.000,-- dan gaji tetap Rp
100.000.000,-- per tahun.
Pada
bulan Februari 2011 KONI cabang Banten sebagai tuan rumah PON memesan minuman
untuk penyelenggaraan event tersebut sebanyak 100.000 botol. Tetapi harga yang
diminta adalah Rp 900,--. Sebagai
Manajer Akuntansi Saudara diminta membuat perhitungan apakah pesanan dari KONI
tersebut layak diterima atau ditolak!
3. PT
SUBROTO, adalah perusahaan yang memproduksi T Shirt dengan merk “Whisnu” yang
memiliki fasilitas produksi dengan kapasitas 100.000 potong per tahun. T Shirt
“Whisnu” dijual dipasaran dengan harga Rp 20.000,-- per potong. Sampai dengan
saat ini kapasitas normal perusahaan baru mencapai 80.000 potong per tahun.
Data biaya yang dibuat sebagai anggaran adalah sebagai berikut:
No
|
KETERANGAN
|
TOTAL
|
TARIP
|
|
1
|
Produksi
|
80,000
|
||
2
|
Bahan baku
|
400,000,000
|
5,000
|
|
3
|
Upah Langsung
|
240,000,000
|
3,000
|
|
4
|
BOP Variabel
|
160,000,000
|
2,000
|
|
5
|
BOP Tetap
|
200,000,000
|
2,500
|
|
Harga Pokok Prod
|
1,000,000,000
|
12,500
|
||
Biaya Opers Var
|
80,000,000
|
1,000
|
||
Biaya Opers Tetap
|
100,000,000
|
-
|
Sebuah
perusahaan makanan “LEZAT”, mengajukan penawaran untuk pembuatan 15.000 potong
kaos, dengan harga Rp 12.000,-- dengan tidak perlu dikemas secara khusus
(dengan demikian biaya operasi variable sebesar Rp 1.000,-- bisa dihilangkan).
Tetapi perusahaan makanan tersebut menginginkan sablon khusus dengan merk
“Lezat”, sehingga diperlukan tambahan biaya Rp 1.500,-- per potong.
Berdasarkan
data tersebut, coba Saudara member pertimbangan kepada Manajemen PT Subroto,
apakah pesanan dari perusahaan makanan tersebut bisa diterima atau harus
ditolak, berdasarkan perhitungan ekonomisnya.
Sebagai
tambahan informasi, harga pesanan tersebut tidak akan merusak pasaran karena
dengan sablon khusus “Enak” dan pesanan tersebut tidak kontinyu.
No comments:
Post a Comment