www.unsera.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebelum memproduksi suatu produk,
perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan.
Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produsi, maka
dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa
penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu
menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang
diinginkan.
Hal tersebut dikarenakan biaya
produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula
sebaliknya,sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui
jumlah barang dan jumlah harga yang pada penjualan. Analisis break even point
sering digunakan dalam hal yang lainmisalnya dalam analisis laporan keuangan.
1.2
Rumusan
masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan analisis BEP?
2. Apa
saja penentuan tingkat BEP?
3. Apa
saja asumsi yang digunakan?
4. Apa
saja keterbatasan analisis BEP?
5. Apa
yang dimaksud Margin Of Safety?
6. Apa
yang dimaksud Shut Down Point?
7. Apa
akibat dari perubahan berbagai factor?
8. Apa
saja kegunaan Analisa BEP bagi Manajemen?
9. Apa
yang dimaksud Analisa BEP dan Keputusan penambahan investasi?
10. Apa
yang dimaksud Analisa BEP dan Keputusan menutup usaha?
1.3
Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan analisis
BEP
2 Memahami
apa saja penentuan tingkat BEP
3 Memahami
apa saja asumsi yang digunakan
4 Memahami
apa saja keterbatasan analisis BEP
5 Memahami
apa yang dimaksud Margin Of Safety
6 Memahami
apa yang dimaksud Shut Down Point
7 Memahami
akibat dari perubahan berbagai factor
8 Memahami
apa saja kegunaan Analisa BEP bagi Manajemen
9 Memahami Analisa BEP dan Keputusan penambahan
investasi?
10 Memahami Analisa BEP dan Keputusan menutup usaha?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Analisa Break Event Point
A. Pengertian Analisis Break Event Point
Analisis Break
Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara biaya tetap,
biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun
pengertian-pengertian Break Event Point menurut para ahli:
1. Menurut S. Munawir
(2002) Titik break event point atau titik
pulang pokok dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = total
biaya).
2. Menurut Abdullah (2004)
Analisis Break Event Point disebut juga
cost volume profit analysis arti penting analisis break event point bagi
manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuang adalah sebagai berikut :
a. Guna
menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
b. Penetapan
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
c. Penetapan
seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolelir agar perusahaan tidak
menderita rugi.
3. Menurut Purba (2002) titik
impas break event point berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa besarnya
unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan produk tersebut.
2.2 Penentuan tingkat BEP
Analisis
titik impas atau BEP adalah alat perencanaan laba jangka pendek. Untuk
memudahkan melakukan analisis BEP, biaya operasi perusahaan harus
diklasifikasikan kedalam biaya variabel dan biaya tetap. Terdapat tiga model
analisis BEP yaitu :
1. Analisis
BEP Satu Produk.
2. Analisis
BEP Multi Produk.
3. Analisis
BEP EPS ( Earning Per Share)
1.
Analisis
BEP Satu Produk
Model
analisis satu produk dapat disajikan dalam tiga persamaan sebagai berikut :
Persamaan
1 : BEP= (Biaya Tetap)/(1-((Biaya Variabel)/Penjualan))
Persamaan 2 : BEP= (Biaya Tetap)/(Marjin kontribusi per Unit)
Persamaan
3 : BEP=(Biaya Tetap)/(Marjin Kontribusi Rasio)
Yang
dimaksud dengan marjin kontribusi per unit adalah harga per unit produk yang
dijual dikurangi biaya variabel per unit, yang dimaksud marjin kontribusi rasio
adalah penjualan dikurangi biaya variabel, hasilnya dibagi dengan penjualan
kali 100%. Untuk memudahkan perhitungan ketiga persamaan diatas, disajikan
contoh berikut ini.
PT.
ABD menjual produk dengan harga per unit Rp.10, biaya variabel per unit Rp.6
total biaya tetap Rp.1000. Titik impas atau BEP perusahaan tersebut dapat
dihitung sebagai berikut: Marjin kontribusi per unit = Rp.10 – Rp.6 = Rp.4
Marjin kontribusi rasio = Rp.4 : Rp. 10 = 0,4 atau 40%. BEP dapat dihitung :
Persamaan 1 : BEP = (Biaya Tetap)/(1-((Biaya Variabel)/Penjualan))
BEP = (Rp.1000)/(1-((Rp.6)/(Rp.10)) ) = Rp.2.500
Persamaan 2 : BEP = (Biaya Tetap)/(Marjin kontribusi per Unit)
BEP = (Rp.1000)/(Rp.4) = 250 Unit
Persamaan 3 : BEP = (Biaya Tetap)/(Marjin Kontribusi Rasio)
BEP = (Rp.1000)/0,4 = Rp.2.500
Teknik
pembuktiannya bahwa pada penjualan Rp.2.500 atau pada penjualan 250 unit
produk, perusahaan tidak memperoleh laba atau tidak menderita kerugian, adalah
sebagai berikut :
·
Penjualan 250 unit
@Rp.10 Rp.2.500
·
Biaya Variabel 250 @
Rp.6 Rp.1.500-
·
Marjin Kontribusi Rp.1.000
·
Marjin Tetap Rp.1.000-
·
Laba Operasi Rp. 0
Jika manajemen ingin merencanakan penjualan Rp.3.000,
maka dapat dihitung tingkat keamanan perusahaan atau Margin Of Safety, dengan
persamaan sebagai berikut :
Margin Of safety = (penjualan direncanakan-penjualan BEP)/(penjualan direncanakan) x 100%
Margin Of safety = ((Rp.3.000-Rp.2.000))/(Rp.3.000) x 100% = 16.67%
Margin Of Safety yang besr menunjukkan bahwa kondisi
perusahaan tidak dalam bahaya, dan sebaliknya jika margin of safety kecil
mendekati 0% menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi bahaya yaitu akan
mengalami titik impas. Jika margin of safety negative berarti perusahaan dalam
kondisi bahaya, yaitu mengalami kerugian. Margin of safety juga dapat dihitung
dengan cara penjualan actual dikurangin penjualan titik impas dibagi penjualan
actual, atau dapat disajikan dengan persamaan sebagai berikut :
Margin
of safety = (penjualan aktual-penjualan BEP)/(penjualan aktual) x 100%
Analisis BEP juga dapat untuk menghitung target
penjualan dalam berbagai kondisi bisnis, misalnya dalam kondisi bisnis resesi
perusahaan diperkirakan menderita kerugian 5% dari penjualan, dan dalam kondisi
ekonomi baik perusahaan diperkirakan 600, maka target penjualan dapat dihitung
sebagai berikut :
Kondisi ekonomi resesi menderita
kerugian 5% dari penjualan
Target penjualan atau x = ((Rp.1.000 – o,o5x))/0,4
0,4x = Rp. 1000 – 0,05x
0,4x + 0,05x =
Rp. 1000
X = Rp 2.222
Tabel 2.1
Target Penjualan Kondisi Rugi Rp.100
Keterangan
|
(Rp)
|
(%)
|
Penjualan
|
2,.222
|
100
|
Biaya Variable (Rp.6 / Rp.10) atau 60%
|
1.322
|
60
|
Margin kontribusi
|
900
|
40
|
Biaya Tetap
|
1.000
|
45
|
Laba
(Rugi)
|
(100)
|
(5)
|
Kondisi ekonomi baik,
laba Rp.1.000
Target penjualan atau x = ((Rp.1.000+Rp.600))/0.4
X = Rp. 4.000
Tabel 2.1.2
Target Penjualan Kondisi Laba Rp.1.000
Keterangan
|
(Rp)
|
(%)
|
Penjualan
|
4.000
|
100
|
Biaya Variable (Rp.6 / Rp.10) atau 60%
|
2.400
|
60
|
Margin kontribusi
|
1.600
|
40
|
Biaya Tetap
|
1.000
|
25
|
Laba
(Rugi)
|
(600)
|
(15)
|
2.
Analisis
BEP Multi Produk
Perusahaan
pada umumnya memiliki banyak produk. Contohnya adalah PT. Unilever ia
memproduksi macam – macam produk pasta gigi, sabun mandi, dan sebaginya. Untuk
mengetahui pada titik penjualan seberapa perusahaan mengalami titik impas
adalah sangat penting agar dapat diketahui produk – produk mana yang
menguntungkan dan yang merugikan.
Contoh
perhitungan nya dapat disajikan berikut ini. PT. Modern Jaya memiliki produk A,
B, C,dan D, dan data keuangan sebagai berikut :
Table
2.1.3
Data
PT. Modern Jaya
Jenis
Produk
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Penjualan (unit)
|
1.000
|
2.000
|
3.000
|
4.000
|
Harga per unit (Rp)
|
10
|
9
|
8
|
7
|
Biaya Variable per unit ( Rp)
|
5
|
6,3
|
5,6
|
4,2
|
Biaya Tetap total (Rp)
|
4.000
|
3.500
|
4.500
|
8.000
|
Berdasarkan
data diatas dapat dihitung : titik impas PT. Modern Jaya dengan menggunakan
persamaan titik impas sebagai berikut :
BEP = (total biaya tetap )/(Margin Kontribusi per unit rata- rata)
Yang dimaksud Margin kontribus per unit rata – rata ialah
pendapatan seluruh produk dikurangi biaya variable rata – rata seluruh produk.
Teknik perhitungan BEP Multi Produk berdasarkan data diatas adalah sebagai
berikut :
Perbandingan produk A : B : C : D = 1.000 : 2.000 : 3.000 :
4.000 atau 1 : 2 : 3 : 4 totalnya adalah 10.
Pendapatan rata – rata = ((1x10)+(2x9)+(3x8)+(4x7)) / 10 = Rp. 8,00
Biaya Variabel rata – rata = ((1x5)+(2x6,3)+(3x5,6)+(4x4,2)) /
10 = Rp. 5,12-
Margin kontribusi per unit rata - rata Rp. 2.88
BEP = ((Rp.4.000+Rp3.500+Rp.4.500+Rp.8.000))/(Rp.2,88)=6.944 unit
Penjualan dalam unit masing masing produk :
A = 1/10 x 6.944 unit = 694 unit
B = 1/10 x 6.944 unit = 1.389 unit
C = 1/10 x 6.944 unit = 2.083 unit
D = 1/10 x 6.944 unit = 2.778 unit
Setelah diketahui penjualan dalam unit, selanjutnya dapat
dihitung laba operasi masing-masing produk, dan penjumlahan laba operasi
tersebut harus nol atau perusahaan dalam kondisi tidak untung atau rugi.
Tabel 2.1.4
Titik Impas PT Modern Jaya
Jenis
Produk
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Penjualan (unit)
|
694
|
1.389
|
2.083
|
2.778
|
Harga per unit (Rp)
|
10
|
9
|
8
|
7
|
Biaya variable per unit (Rp)
|
5
|
6,3
|
5,6
|
4,2
|
|
|
|
|
|
Total penjualan (Rp)
|
6.940
|
12.501
|
16.664
|
19.446
|
Biaya variable (Rp)
|
3.470
|
8.751
|
11.665
|
11.668
|
Margin kontribusi (Rp)
|
3.470
|
3.750
|
4.999
|
7.778
|
Biaya tetap total (Rp)
|
4.000
|
3.500
|
4.500
|
8.000
|
Laba (rugi) (Rp)
|
(530)
|
250
|
499
|
(222)
|
Keterangan : Jumlah laba (rugi) adalah Rp. 3 akibat pembulatan.
3.
Titik
Impas Earning Per Share Atau BEP-EPS
Hubungan
antara hubungan antara tambahan jumlah saham yang beredar dengan pendapatan per
saham / EPS adalah jika laba operasi tidak bertambah, pada jumlah saham
beredar, maka akan menurunkan EPS. Jika laba operasi tidak bertambah dan hutang
bertambah maka akan menurunkan laba sebelum pajak akibat beban bunga yang
meningkat.
Tabel 2.1.5
Neraca PT ABC
Keterangan
|
Rp
|
Keterangan
|
Rp
|
Cash
|
300
|
Debt
(10% interest)
|
5.000
|
Receivables
|
1.200
|
Common
stock, Rp. 10 par
|
5.000
|
Inventories
|
1.400
|
|
|
Plant
(net)
|
3.000
|
|
|
Equipment
(net)
|
4.100
|
|
|
Total asset
|
10.000
|
Total Claims
|
10.000
|
2.2.1 Grafik BEP
Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan
grafik atau bagan, dengan grafik break even manajemen akan dapat mengetahui
hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Disamping itu
dengan grafik break even manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang
tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan dengan grafik break even pula
manajemen akan dapat mengetahui tingkat – tingkat penjualan yang masih
menimbulkan kerugian dan tingkat – tingkat penjualan yang sudah menimbulkan
laba atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. Secara
grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue
dan garis total cost.
2.2.2 Grafik laba persatuan
Pada umumnya
garafik impas disusun atas dasar total pendapatan penjualan dengan total biaya.
Agar manajemen dapat mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap biaya per satuan,
maka disusunlah grafik laba satuan. Dalam grafik ini digambarkan pendapatan,
biaya variabel, dan total biaya per satuan produk. Biaya tetap persatuan
berperilaku berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya
variabel per satuan berperilaku konstan, tidak berubah dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan.
2.3 Asumsi yang
digunakan
Analisis Break Even Point berguna
apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan
dapat diperkirakan jumlahnya secara tepat. Dengan demikian perubahan tingkat
produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
2. Biaya yang dapat diperkirakan itu
dapat dipisahkan mana yang bersifat fariabel dan mana yang merupakan beban tetap
(fixed cost). Analisa Break even hanya dapat dihitung bilamana sebagian biaya
merupakan bebean tetap.
3. Tingkat penjualan sama dengan
tingkat produksi, artinya apa yang diproduksi dianggap terjual habis. Dengan
demikian tingkat persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan, atau
perusahaan sma sekali tidak menyediakan stoc barang jadi.
4. Harga jual produk perusahaan pada
berbagai tingkat penjualan tidak mengalami perubahan. Ini berarti pasarnya
demikian sempurna atau bahwa share pasaran perusahaan sedemikian
kecilnyasehingga tidak akan mampu merubah harga pasar yang terjadi.
5. Efesiensi perusahaan pada berbagai
tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga biaya variable setiap unit produk
sama untuk berbagai volume produksi.
6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai
kebijakan pimpinan yang secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap
keseluruhan. Dengan demikian biaya tetap keseluruhan juga tidak berubah.
7. Perusahaan dianggap seakan-akan
hanya menjual satu macam produk akhir. Bilamana dalam kenyataannya produk yang
dibuat lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap sama.
Di dalam kenyataan yang sebenarnya
lebih banyak asumsi yang tidak dapat dipenuhi. Namun demikian perubahan asumsi
ini tidak mengurangi validitas dan kegunaan analisa BEP sebagai suatu alat
bantu pengambilan keputusan. Hanya saja diperlukan suatu modifikasi tertentu
dalam penggunaannya.
2.4 Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan
manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode
tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah
konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik
break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh
sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai
limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
·
Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out
put tertentu Laboratorium Pengembangan Akuntansi 45
·
Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah
konstan
·
Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
·
Sales mix adalah konstan
Berdasarkan
limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah
apabila:
1. Perubahan FC
Terjadi sebagai akibat bertambahnya
kapasitas produksi, dimana perubahan
ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya
tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas
atau sebaliknya.
2.
Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit
Dimana
perubahan ini akan menentukan bagaimana
miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas
atau sebaliknya.
3.
Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan
ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual
per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan
menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi
lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu
produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan
misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP
pun akan berubah.
2.5 Margin of safety
Arti dasar bahasa
Inggrisnya kira-kira batas akan keamanan.
Tetapi kita semua mengenal istilah ini, khususnya dalam dunia keuangan, dari
Benjamin Graham dan David Dodd dalam bukunya The
Security Analysis (1934). Menurutnya,
batas akan keamanan adalah perbedaan antara nilai intrinsik suatu saham dengan
harga saat ini. Atau dalam pengertian untung-rugi, batas akan keamanan adalah
sampai seberapa jauh kita bisa menjalani usaha hingga usaha itu menunjukkan
rugi.
Kembali ke pengertian
pertama, seandainya kita tertarik dengan suatu saham. Misalnya saja harga saham
tersebut saat ini dijual dalam kisaran Rp 900. Bila margin of safety-nya adalah 10% atau dalam harga Rp
1.000, maka bila kita membelinya saat ini, kita bisa mencari nilai aman hingga
batas 10% itu. Jadi semakin besar batas akan keamanan suatu saham, tentu saja
akan membuat kita merasa tenang karena nilainya masih menjamin investasi kita
(masih akan) untung.
Panduan dasar investasi
metode Graham adalah dari Batas akan Keamanan ini. Untuk aplikasinya, tentu
harus menetapkan nilai Harga Wajar Saham. Ketika tahu harga wajar suatu saham,
kita akan bisa menghitung apakah harga sekarang masihunderpriced (dihargai
murah, batas akan keamanan masih ada) atau overpriced(dihargai
terlalu tinggi, melampaui batas akan keamanan).
Analoginya begini, misalnya
saja kita dalam bisnis jual beli susu, harga wajar seliter susu adalah Rp
10.000 (anggap saja demikian). Dalam cerita ini kita anggap semua susu
kualitasnya sudah teriuji dan baik. Suatu hari ada pemasok dari peternakan baru
datang dan menawarkan pada kita seliter susu harganya Rp 9500, maka Rp 500
itulah batas akan keamanan kita. Kita yakin bila membeli darinya maka kita
masih aman. Seandainya kita bisa menawar lebih murah lagi, maka batas akan
keamanan kita akan jauh lebih baik lagi. Itulah analogi sederhana batas akan
keamanan.
Dengan memegang teguh batas
akan keamanan pada setiap saham yang kita beli inilah kita bisa yakin kapan
harus membeli (atau menjual) saham, tanpa pusing dengan pergerakan saham
harian. Atau bila kita yakin suatu saham kualitasnya bagus dan punya dividen
menarik yang bisa memberikan pertumbuhan dalam jangka panjang, kita bisa dengan
tenang menyimpannya saja.
Margin of safety atau batas aman merupakan selisih penjualan
yang dianggarkan dengan penjualan pada titik impas. Margin of safety biasanya
dinyatakan dalam rasio atau persentase yang digambarkan sebagai berikut :
Margin of safety (%)
= (penjualan yang dianggarkan – penjualan titik impas) / penjualan yang
dianggarkan.
Perusahaan perlu menghitung
margin of safety untuk mengetahui berapa penjualan bisa turun
dari rencana ke tingkat yang dapat ditoleransi sebelum perusahaan menderita
kerugian. Margin of safety merupakan
kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kecukupan rencana penjualan.
2.6 Shut Down Point
Sebuah titik penutupan adalah titik
operasi di mana sebuah perusahaan tidak mengalami keuntungan bagi operasi yang
dilanjutkan
atau dari mematikan sementara; itu adalah kombinasi dari output dan harga di mana perusahaan
menghasilkan cukup pendapatan untuk menutupi total biaya variabel .
Jika sebuah perusahaan dapat menghasilkan lebih besar
pendapatan atau sama dengan yang total biaya variabel , dapat menggunakan pendapatan tambahan
untuk membayar down biaya tetap , dengan asumsi biaya tetap , seperti sewa kontrak atau kewajiban panjang lainnya,
masih akan terjadi ketika dimatikan.
Dengan kata lain, ketika sebuah perusahaan dapat
memperoleh positif margin kontribusi , itu harus tetap di operasi meskipun
kerugian secara keseluruhan.
2.7 Akibat Perubahan Berbagai Faktor
Salah satu aspek yang penting dalam
analisa break even bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang
mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Aspek ini sangat
penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan budget, karena
hal ini akan memungkinkan diadakannya “testing” untuk menentukan akibat adanya
perubahan berbagai faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif.
Faktor-faktor yang dapat berubah
dalam hubungannya dengan analisa break even antara lain biaya tetap, biaya
variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix). Perubahan salah
satu faktor penentu break even atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat
break even, mungkin tidak mempengaruhi atau tidak mengakibatkan perubahan pada
faktor-faktor yang lain, misalnya perubahan hanya terjadi pada jumlah biaya
tetap. Sedangkan biaya variabel, harga jual, maupun volume penjualan tetap,
kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam salah satu faktor yang akan
mengakibatkan perubahan pada faktor lain, misalnya perubahan harga jual bisa
berakibat perubahan volume penjualan dan sebagainya.
Perubahan-perubahan tersebut dapat
secara langsung dimasukkan dalam rumus perhitungan break even, sehingga
diperoleh tingkat break even yang baru, maupun digambarkan dalam grafik break
even.
A. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan
mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat
penjualan akan berubah, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan
pada tingkat break even akan berubah pula.
B. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel
maka jumlah biaya juga akan berubah begitu pula besarnya penjualan pada tingkat
break even juga akan berubah. Manajemen perusahaan dalam usahanya untuk
meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk menaikkan
keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus
diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga
jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan
penurunan volume penjualan yang akhirnya juga mengakibatkan perubahan besarnya
break even.
C. Perubahan Komposisi Penjualan
Analisa break even atau analisa
biaya, volume dan laba yang diuraikan di muka selalu diterapkan untuk satu
macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya memproduksi dan
menjual satu macam barang atau secara total. Apabila perusahaan memproduksi
atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula
diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan
tersebut. Untuk maksud tersebut maka komposisi (perbandingan) antara
barang-barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun
penjualannya (product-mix dan sales-mix). Break even dalam keseluruhan atau
total tidak berarti bahwa masing-masing produk harus dalam keadaan break even.
Kemungkinan terjadi suatu macam produk yang menderita kerugian, sedangkan
produk lain memperoleh keuntungan, atau kemungkinan masing-masing produk tidak
memperoleh laba ataupun menderita rugi. Apabila komposisinya berubah maka break
evennya secara total akan berubah pula.
2.8 Kegunaan Analisa
BEP bagi Manajemen
Kegunaan
Analisis Break Even Point Analisi break even point dapat di gunakan untuk
membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan. Adapun kegunaan yang lain
adalah:
a) Menetapkan
jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mngalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi
minimum yang harus dibuat.
b) Menentukan
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan.
Berarti , tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut
c) Mengukur
dan menjaga agar penjualan tidak kurang dari titik impas atau break even
point,tingkat produksi tidak dibawah tingkat impas.
d) Menganalisa
perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan pada tingkat
produksi tertentu.
e) Memudahkan
perusahaan dalam pemberian data pada pihak luar perusahaan mengenai biaya,
volume produksi, harga jual dan tingkat penjualan.
f) Sebagai
pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk memproduksi produk baru yang
kiranya mampu menghasilkan laba besar. Jadi, Analisa break even point ini
memberikan beberapa kegiatan secara langsung bagi perusahaan dalam operasinya,
yaitu :
·
Dasar dalam perencanaan
pengembangan perusahaan
·
Alat pengendalian
budget
·
Alat perencanaan laba.
2.9
Analisa
Break Even dan Keputusan Penambahan Investasi
Hubungan
antara biaya, volume dan laba juga akan dapat membantu atau memberikan
informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah – masalah
lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas
pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan /
penggantian aktiva tetap ini memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi? atau
apakah dengan penambahan / penggantian.
Bantuannya dalam mengambil keputusan menutup
usaha atau tidak ( dapat menberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut
dihentikan saja ). Kapan sebaiknya suatu usaha tersebut dihentikan saja ? untuk
menjawab pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan analisa break
even. Pada tingkat break even perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena
jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, tetapi suatu perusahaan yang
selalu break even tidak harus ditutup, karena dalam keadaan break even tersebut
perusahaan masih mendapatkan sisa uang (jumlah penerimaan uang lebih besar
daripada pengeluarannya ). Hal ini dapat terjadi karena biaya yang terjadi
dalam suatu periode pada dasarnya terdiri dari biaya tunai yaitu biaya yang
memerlukan pengeluaran uang.
2.10 Analisa Keputusan
Menutup Usaha
Tutup sementara adalah keputusan jangka pendek
untuk tidak menghasilkan apa-apa selama jangka waktu tertentu karena kondisi
paasar yang tidak menguntungkan. Secara matematik perusahaan tutup sementara
dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Menutup jika TR <VC
2) Menutup jika TR / Q <VC / Q
3) Menutup jika P <AVC
Perusahaan
tutup sementara jika total pendapatan kurang dari biaya variabel, dengan
membagi kedua pertidaksamaan dengan Q maka tutup sementara jika P < AVC.
Artinya
perusahaan memlilih untuk tutup sementara jika harga barang tersebut lebih
kecil daripada biaya variabel rata-rata. Jika harganya tidak menutupi biaya
variabel rata-rata perusahaan benar-benar berhenti memproduksi, perusahaan
dapat kembali berproduksi dimasa depan jika kondisi-kondisi dipasar telah
berubah, dimana harga melebihi biaya variabel rata-rata.
Sebuah
perusahaan yang shutdown (tutup) mengacu pada keputusan jangka pendek untuk
tidak menghasilkan apa-apa selama periode waktu tertentu karena kondisi pasar
saat ini.
1. Shutdown
atau tutup mengacu pada keputusan jangka pendek untuk tidak berproduksi selama periode
tertentu karena kondisi pasar yang memaksa.
2. Exit
atau keluar mengacu pada keputusan jangka panjang untuk meninggalkan pasar sama
sekali.
3. Keputusan-keputusan
jangka pendek dan jangka panjang berbeda karena kebanyakan perusahaan tidak
dapat menghindari biaya tetap mereka dalam jangka pendek tapi dapat
melakukannya dalam jangka panjang. Artinya, sebuah perusahaan yang menutup
sementara masih harus membayar biaya tetap, sedangkan perusahaan yang keluar
pasar menghemat tetap dan biaya variabel nya.
4. Jika
perusahaan tutup maka akan kehilangan semua pendapatan dari penjualan
produknya. Pada saat yang sama ia menghemat biaya variabel pembuatan produk
(tetapi masih harus membayar biaya tetap). Dengan demikian, perusahaan menutup
jika pendapatan yang akan dapatkan dari memproduksi kurang dari biaya variabel
produksi.
a. Kurva
penawaran jangka pendek perusahaan kompetitif merupakan bagian dari kurva biaya
marjinalnya yang terletak diatas kurva biaya variable rata-rata.
b. Biaya
tertanam (sunk cost) adalah biaya yang hilang begitu saja tanpa mendapatkan
hasil.
c. Biaya
hangus adalah biaya yang telah berkomitmen dan tidak dapat dipulihkan.
5. Perusahaan
mempertimbangkan biaya yang tenggelam ketika memutuskan untuk keluar, tetapi
mengabaikan ketika memutuskan apakah akan ditutup.Perusahaan menutup jika
pendapatan itu akan dari memproduksi kurang dari biaya variabel produksi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Analisis Break
Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara biaya tetap,
biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Terdapat
tiga model analisis BEP yaitu :
1. Analisis
BEP Satu Produk.
2. Analisis
BEP Multi Produk.
3. Analisis
BEP EPS ( Earning Per Share)
Analisis
break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat
dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat dipertahankan apabila
biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan
biaya akan mempengaruhi titik break even.
3.2
Saran
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam
produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain
(sales mix) haruslah tetap. Karena keadaan ini dapat dipertahankan apabila
biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan
biaya akan mempengaruhi titik break even.
Jadi,Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk
mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan
mencapai laba tertentu.
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan kami mohon dapat
memaafkan dan memakluminya, TERIMAKASIH.