Friday, March 31, 2017

Mengidentifikasi Struktur Dasar Bisnis Ritel

www.flickr.com

A.    Pengertian usaha ritel
1.  Retailler berarti memotong atau memecah sesuatu.
2. Eceran berarti secara satu-satu,sedikit(tentang penjualan atau pembelian barang), ketengan.
3. Usaha eceran/ritel : suatu kegiatan yang terlibat dalam penjualan, keluarga atau pembelian barang, jasa atau kedunya secara sedikit-sedikit atau satu-satu langsung kepada konsumen akhir untuk konsumsi pribadi atau rumah tangga dan bukan untuk keperluan bisnis (dijual kembali).
Usaha ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari-hari terbagi 2 yaitu:
1.  usaha ritel tradisional : sederhana , tempatnya tidak terlalu luas, barang yang dijual tidak terlalu banyak, sistim pengelolaan /manajemen  masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar menawar harga dengan pedagang,serta produk yang dijual tidak dipajang secara terbuka sehingga pelanggan tidak mengetahui apakah peritel memiliki barang yang dicari atau tidak.
2. Usaha ritel modern : menawarkan tempat yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistim menajemen terkelola dengan baik, menawarkan kenyamanan berbelanja, harga jual sudah tetap sehingga tidak ada proses tawar menawar dan adanya sistim swalayan/pelayanan mandiri, serta pemajangan produk pada rak terbuka sehingga pelanggan bisa melihat,memilih,bahkan mencoba produk terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli.

B.    Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ritel:
1.       Lokasi usaha : Cara memilih lokasi usaha yang baik menurut Guswai(2009):
a.   Terlihat (visible) : harus terlihat oleh banyak orang yang lalu lalang dilokasi tersebut.
b.  Lalu lintas yang padat (heavy traffic) : semakin banyak usaha lokasi ritel dilalui orang,maka semakin banyak orang yang tahu mengenai usaha ritel tersebut.
c.    Arah pulang kerumah (direction to  home) : pada umumnya pelanggan berbelanja di suatu toko ritel pada saat pulang kerumah, sangat jarang orang berbelanja pada saat akan berangkat kerja.
d.   Fasilitas umum (public fasilities) : dekat dengan fasilitas umum karena bisa sebagai pendorong pembeli untuk berbelanja yang sifatnya impulsive buying atau pembeli yang tidak direncanakan.
e.    Biaya akuisisi (acquisition cost) : biaya merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam berbagai jenis usaha dan peritel harus bisa memutuskan apakah akan membeli lahan atau dengan menyewa suatu lokasi dan hendaknya melakukan studi kelayakan dari sisi keuangan untuk memutuskan suatu usaha ritel tertentu.
f. Peraturan/perijinan(regulation) : harus dengan mempertimbangkan peraturan tertentu,misalnya lokasi tersebut tidak untuk taman kota dll.
g. Akses (access) : merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi karena berhubungan dengan kemudahan pembeli/pelanggan untuk sampai kesuatu usaha ritel.
h. Infrastruktur(infrastructure) : dapat menunjang keberadaan suatu usaha ritel, misalnya lahan parkir, toilet, lampu penerangan karena dapat menunjang kenyamanan pelanggan dalam mengunjungi usaha ritel.
i.  Potensi pasar yang tersedia (captive market) : lokasi usaha ritel dekat dengan pelanggan sehingga akan meringankan usaha peritel untuk mencari pelanggan.
j.   Legalitas (legality) : lokasi usaha peritel tidak sedang dalam sengketa hukum maka lokasinya harus menggunakan akte notaris.
Kesalahan dalam menentukan lokasi usaha ritel dapat memiliki dampak jangka panjang.
2.   Harga yang tepat
   Dalam menentukan harga jual tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi kerena akan berakibat kepada konsumen.
3.   Suasana toko
   Suasana toko yang menyenangkan akan mendorong pelanggan untuk berlama-lama pada toko tersebut.
   Yang harus diperhatikan untuk menciptakan suasana toko yang menyenangkan:
a.      Eksterior toko, meliputi keseluruhan bangunan fisik toko.
b.      Interior toko, meliputi desain,estitika dan tata letak.

C.    Peran dan fungsi usaha ritel
1.       Peran usaha ritel:
a.      Menjual kepada konsumen akhir.
b.      Mencari informasi dari konsumen.
c.       Memberikan informasi kepada produsen.
d.      Mengetahui kondisi pesaing.
e.      Dapat menjalin kerja sama dengan produsen.
f.        Sebagai perantara produsen dan konsumen.

Cara usaha ritel dalam memberikan kebutuhan ekonomis bagi pelanggan:
a. Memberikan supply/pasokan barang dan jasa pada saat dan ketika dibutuhkan konsumen atau pelanggan dengan sedikit tanpa penundaan, maka lokasi usaha ritel sebaiknya dekat dengan rumah pelanggan.
b. Memudahkan konsumen/pelanggan dalam memilih atau membandingkan bentuk,kwalitas dan barang serta jasa yang ditawarkan,maka biasanya peritel akan berusaha menciptakan suasana belanja yang nyaman.
c. Menjaga harga jual tetap rendah agar mampu bersaing dalam memuaskan pelanggan.
d.Membantu meningkatkan standar hidup masyarakat.
e. Adanya usaha ritel juga memungkinkan dilakukannya produksi besar-besaran.
    Peran ritel dalam kegiatan perekonomian secara keseluruhan yaitu sebagai pihak akhir dalam suatu rantai produksi, yang dimulai dari pengolahan bahan baku, sampai dengan distribusi barang atau jasa ke konsumen akhir.

2.      Fungsi usaha ritel
   Fungsi  usaha ritel dalam memberikan beberapa pelayanan kepada pelanggan:
a.   Melakukan kegiatan usahanya dilokasi yang nyaman dan mudah diakses pelanggan.
b. Memberikan beragam produk sehingga memungkinkan pelanggan bisa memilih produk yang diinginkan.
c.   Membagi jumlah produk yang besar sehingga dapat dijual dalam kemasan / ukuran yang kecil.
d.   Mengubah produk menjadi bentuk yang lebih menarik.
e.    Menyimpan produk agar tetap tersedia pada harga yang relatif tetap.
f.    Membantu terjadinya perubahan (perpindahan) kepemilikan barang dari produsen kekonsumen.
g.    Mengakibatkan perpindahan barang melalui distribusi.
h.    Memberikan informasi kepada pelanggan dan pemasok.
i.   Memberikan jaminan produk, layanan purna jual dan turut menangani keluhan pelanggan.
j.     Memberikan fasilitas kredit dan sewa.

D.   Kelebihan dan kekurangan usaha ritel:
1.       Kelebihannya:
a.   Modal yang diperlukan cukup kecil, namun keuntungan yang diperoleh cukup besar.
b.    Umumnya lokasi usaha ritel strategis.
c.    Hubungan antara peritel dengan pelanggan cukup dekat, karena adanya komunikasi dua arah antara pelanggan dengan peritel.

2.      Kekurangannya:
a.    Keahlian dalam mengelola toko ritel berskala kecil kurang diperhatikan oleh peritel, karena dianggap sebagai pengisi waktu luang sehingga kurang memperhatikan aspek pengelolaan usahanya.
b.  Administrasi (pembukuan) kurang atau bahkan tidak diperhatikan peritel sehingga uang/modal habis tidak terlacak.
c. Promosi usaha tidak dapat dilakukan secara maksimal ada peritel yang tidak diketahui pembeli/pelanggan.

E.    Analisis kebijakan pemerintah:
   Peraturan Presiden No. 112 tahun 2007 mengenai penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.
   Dalam peraturan ini pemerintah menetapkan zona /luas wilayah usaha pasar tradisional (toko, kios dan los) dan toko modern.

Batasan luas lantai penjualan toko modern:
1.       Minimarket, kurang dari 400 M persegi.
2.      Supermarket, 400 M persegi s/d 5000 M persegi.
3.      Hypermarket, diatas 5000 M persegi.
4.      Departemen store, diatas 400 M persegi.
5.      Perkulakan, diatas 5000 M persegi.

Lokasi toko modern:
1.       mengacu pada rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten.
2.      memiliki rencana detail tata ruang kabupaten/kota.
3.      memperhatikan jarak lokasi usahanya dengan pasar tradisonal yang telah ada (diatur dalam peraturan daerah, misal DKI Jakarta pasal 10 peraturan daerah provinasi DKI Jakarta No 2 tahun 2002 tentang pasar swasta).

Komunikasi Pemasaran Ritel

A.     Elemen Komunikasi Ritel
1.       Periklanan.
2.      Promosi Penjualan.
3.      Personal Selling.
4.      Publisitas (Public Relations).

B.     Tujuan Komunikasi Pemasaran
1.       Berusaha memberikan pengaruh dalam proses pengambilan keputusan pelanggan.
2.      Ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan pelanggan:
  a.    Kesadaran dan pengetahuan tentang toko.
  b.  Sikap yang menyenangi.
  c. Mengunjungi toko.
  d. Mengunjungi ulang.
3.      Untuk Positioning
   Positioning adalah kesan yang kita ciptakan di benak pelanggan terhadap toko kita.
4.      Untuk Peningkatan Penjualan.

C.     Advertising
1.       Secara umum tujuan periklanan ada tiga:
a.      Mengingatkan.
b.      Persuasif dan membandingkan.
c.       Informatif.
2.      Pertimbangan Media
a.      Apakah media itu memang sesuai dengan tujuan periklanan anda?
b.      Apakah memang benar-benar mencapai target utama anda?
c.       Apakah hemat dan cost effectiveness?
d.     Apa materinya, bagaimana naskahnya, dan siapa / apa model yang ingin ditampilkan?


3.      Panduan merancang Iklan
a.      Cobalah dengan kalimat yang lugas dan to the point.
b.      Rancanglah iklan yang sederhana namun effective.
c.       Gunakan ilustrasi/grafis bila diperlukan.
d.      Tampilkan produk terbaik anda.
e.      Sertakan harga, atau rentang harga produk-produk yang anda tampilkan.
f.        Jangan lupa mencantumkan nama atau alamat kontak anda pada iklan tersebut.

D.    Promosi Penjualan
1.       Sale/Obral.
2.      Diskon dengan pembelian tertentu.
3.      Demonstrasi barang dagangan.
4.      Kupon/voucher.
5.      Undian.
6.      Kontes.

                                            Using Point-of-Purchase Displays



                                                    Personal Selling



                                     Typical Personal Selling Functions



E.     Public Relation
1.       Publisitas adalah  komunikasi yang membangun citra positif bagi peritel dimata publik.
2.     Publik peritel adalah pemegang saham, pelanggan, pemerintah, masyarakat luas, media masa, para opinion leader, khususnya tokoh masyarakat, para karyawan dan keluarga mereka, serikat pekerja, serta para pemasok.

Tipe Perilaku Pembelian Konsumen


    Lingkungan pemasaran suatu perusahaan terdiri dari para pelaku dan kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar fungsi manajemen pemasaran perusahaan yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk mengembangkan dan mempertahankan transaksi yang sukses dengan para pelanggan sasarannya. Para pelaku dan kekuatan yang terlibat dalam lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro suatu perusahaan. Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang langsung berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar, yaitu: perusahaan, para pemasok bahan mentah, pasar perantara, para. pelanggan, pesaing, dan para anggota masyarakat. Lingkungan makro terdiri dari kekuatankekuatan yang bersifat kemasyarakatan yang lebih besar dan yang mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan mikro perusahaan, yaitu: faktor kependudukan ekonomi, fisik, teknologi, politik, hukum dan kekuatan sosial/budaya. Mula-mula, kita akan membahas lingkungan mikro perusahaan dan kemudian lingkungan makronya.

   Pengertian pasar adalah keseluruhan permintaan dan penawaran akan sesuatu barang dan jasa. Pengertian ini dapat diperluas lagi menjadi pasar konkrit dan pasar abstrak. Pasar konkrit adalah suatu tempat yang tertentu di mana penjual dan pembeli bertemu untuk saling menawar. Pasar abstrak ialah setiap kegiatan pertemuan dimanapun baik langsung maupun tidak langsung yang turut menentukan terjadinya harga. Mengingat luasnya ruang lingkup pasar, maka pembagian pasar didasarkan atas berbagai ukuran sebagai berikut: berdasarkan ukuran luas geografis (pasar lokal, pasar regional, pasar internasional); berdasarkan ukuran waktu (pasar harian, pasar jangka pendek, pasar jangka panjang); dan berdasarkan kegiatannya (pasar barang dan pasar tenaga).

   Peranan pasar adalah untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran agar terjadi harga. Untuk itu dalam upaya mendapatkan konsumen kegiatan pemasaran haruslah mengacu pada pasar.

   Tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembelian dan tingkat perbedaan diantara merek, yang terdiri dari:
1. Perilaku pembelian kompleks, terjadi ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan mempunyai persepsi yang signifikan mengenai perbedaan di antara merek.
2. Perilaku pembelian pengurangan disonasi, terjadi ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan pembelian yang mahal, tidak sering atau beresiko, namun melihat sedikit perbedaan antar merek.
3. Perilaku pembelian kebiasaan, terjadi dalam kondisi di mana konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar merek.
4. Perilaku pembelian pencarian variasi, terjadi ketika konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang signifikan.

   Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. Jelas bahwa proses pembelian berlangsung jauh sebelum pembelian aktual dan berlanjut jauh sesudahnya. Pasar perlu berfokus pada seluruh proses pengambilan keputusan pembelian bukan hanya pada proses pembeliannya saja.

Wednesday, March 29, 2017

Makalah Manajemen Keuangan

www.unsera.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
   Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produsi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan.
   Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya,sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan jumlah harga yang pada penjualan. Analisis break even point sering digunakan dalam hal yang lainmisalnya dalam analisis laporan keuangan.

1.2    Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan analisis BEP?
2.      Apa saja penentuan tingkat BEP?
3.      Apa saja asumsi yang digunakan?
4.      Apa saja keterbatasan analisis BEP?
5.      Apa yang dimaksud Margin Of Safety?
6.      Apa yang dimaksud Shut Down Point?
7.      Apa akibat dari perubahan berbagai factor?
8.      Apa saja kegunaan Analisa BEP bagi Manajemen?
9.      Apa yang dimaksud Analisa BEP dan Keputusan penambahan investasi?
10.  Apa yang dimaksud Analisa BEP dan Keputusan menutup usaha?

1.3    Tujuan
1.  Memahami apa yang dimaksud dengan analisis BEP
2      Memahami apa saja penentuan tingkat BEP
3      Memahami apa saja asumsi yang digunakan
4      Memahami apa saja keterbatasan analisis BEP
5      Memahami apa yang dimaksud Margin Of Safety
6      Memahami apa yang dimaksud Shut Down Point
7      Memahami akibat dari perubahan berbagai factor
8      Memahami apa saja kegunaan Analisa BEP bagi Manajemen
9      Memahami  Analisa BEP dan Keputusan penambahan investasi?
10  Memahami  Analisa BEP dan Keputusan menutup usaha?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisa Break Event Point
A. Pengertian Analisis Break Event Point
   Analisis Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun pengertian-pengertian Break Event Point menurut para ahli:
1.      Menurut S. Munawir (2002) Titik break event point atau titik pulang pokok dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = total biaya).
2.      Menurut Abdullah (2004) Analisis Break Event Point disebut juga cost volume profit analysis arti penting analisis break event point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuang adalah sebagai berikut :
a.       Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b.      Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
c.       Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolelir agar perusahaan tidak menderita rugi.
3.      Menurut Purba (2002) titik impas break event point berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

2.2  Penentuan tingkat BEP
   Analisis titik impas atau BEP adalah alat perencanaan laba jangka pendek. Untuk memudahkan melakukan analisis BEP, biaya operasi perusahaan harus diklasifikasikan kedalam biaya variabel dan biaya tetap. Terdapat tiga model analisis BEP yaitu :
1.      Analisis BEP Satu Produk.
2.      Analisis BEP Multi Produk.
3.      Analisis BEP EPS ( Earning Per Share)

1.    Analisis BEP Satu Produk
   Model analisis satu produk dapat disajikan dalam tiga persamaan sebagai berikut :
Persamaan 1 : BEP= (Biaya Tetap)/(1-((Biaya Variabel)/Penjualan))
Persamaan 2 : BEP= (Biaya Tetap)/(Marjin kontribusi per Unit)
Persamaan 3 : BEP=(Biaya Tetap)/(Marjin Kontribusi Rasio)

  Yang dimaksud dengan marjin kontribusi per unit adalah harga per unit produk yang dijual dikurangi biaya variabel per unit, yang dimaksud marjin kontribusi rasio adalah penjualan dikurangi biaya variabel, hasilnya dibagi dengan penjualan kali 100%. Untuk memudahkan perhitungan ketiga persamaan diatas, disajikan contoh berikut ini.
  PT. ABD menjual produk dengan harga per unit Rp.10, biaya variabel per unit Rp.6 total biaya tetap Rp.1000. Titik impas atau BEP perusahaan tersebut dapat dihitung sebagai berikut: Marjin kontribusi per unit = Rp.10 – Rp.6 = Rp.4 Marjin kontribusi rasio = Rp.4 : Rp. 10 = 0,4 atau 40%. BEP dapat dihitung :
Persamaan 1 : BEP = (Biaya Tetap)/(1-((Biaya Variabel)/Penjualan))
                        BEP = (Rp.1000)/(1-((Rp.6)/(Rp.10)) ) = Rp.2.500
Persamaan 2 : BEP = (Biaya Tetap)/(Marjin kontribusi per Unit)
                       BEP = (Rp.1000)/(Rp.4) = 250 Unit
Persamaan 3 : BEP = (Biaya Tetap)/(Marjin Kontribusi Rasio)
                        BEP = (Rp.1000)/0,4 = Rp.2.500

  Teknik pembuktiannya bahwa pada penjualan Rp.2.500 atau pada penjualan 250 unit produk, perusahaan tidak memperoleh laba atau tidak menderita kerugian, adalah sebagai berikut :
·         Penjualan 250 unit @Rp.10                                   Rp.2.500
·         Biaya Variabel 250 @ Rp.6                                   Rp.1.500-
·         Marjin Kontribusi                                                   Rp.1.000
·         Marjin Tetap                                                           Rp.1.000-
·         Laba Operasi                                                          Rp.       0
             Jika manajemen ingin merencanakan penjualan Rp.3.000, maka dapat dihitung tingkat keamanan perusahaan atau Margin Of Safety, dengan persamaan sebagai berikut :
Margin Of safety = (penjualan direncanakan-penjualan BEP)/(penjualan direncanakan)  x 100%
Margin Of safety = ((Rp.3.000-Rp.2.000))/(Rp.3.000)  x 100% = 16.67%
             Margin Of Safety yang besr menunjukkan bahwa kondisi perusahaan tidak dalam bahaya, dan sebaliknya jika margin of safety kecil mendekati 0% menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi bahaya yaitu akan mengalami titik impas. Jika margin of safety negative berarti perusahaan dalam kondisi bahaya, yaitu mengalami kerugian. Margin of safety juga dapat dihitung dengan cara penjualan actual dikurangin penjualan titik impas dibagi penjualan actual, atau dapat disajikan dengan persamaan sebagai berikut :
Margin of safety = (penjualan aktual-penjualan BEP)/(penjualan aktual)  x 100%
             Analisis BEP juga dapat untuk menghitung target penjualan dalam berbagai kondisi bisnis, misalnya dalam kondisi bisnis resesi perusahaan diperkirakan menderita kerugian 5% dari penjualan, dan dalam kondisi ekonomi baik perusahaan diperkirakan 600, maka target penjualan dapat dihitung sebagai berikut :
Kondisi ekonomi resesi menderita kerugian 5% dari penjualan
Target penjualan atau x = ((Rp.1.000 – o,o5x))/0,4
                               0,4x = Rp. 1000 – 0,05x
                 0,4x + 0,05x = Rp. 1000
                                   X = Rp 2.222


Tabel 2.1
Target Penjualan Kondisi Rugi Rp.100
Keterangan
(Rp)
(%)
Penjualan
2,.222
100
Biaya Variable (Rp.6 / Rp.10) atau 60%
1.322
60
Margin kontribusi
900
40
Biaya Tetap
1.000
45
Laba (Rugi)
(100)
(5)
Kondisi ekonomi baik, laba Rp.1.000
Target penjualan atau x = ((Rp.1.000+Rp.600))/0.4
                                   X = Rp. 4.000
Tabel 2.1.2
Target Penjualan Kondisi Laba Rp.1.000
Keterangan
(Rp)
(%)
Penjualan
4.000
100
Biaya Variable (Rp.6 / Rp.10) atau 60%
2.400
60
Margin kontribusi
1.600
40
Biaya Tetap
1.000
25
Laba (Rugi)
(600)
(15)

2.      Analisis BEP Multi Produk
   Perusahaan pada umumnya memiliki banyak produk. Contohnya adalah PT. Unilever ia memproduksi macam – macam produk pasta gigi, sabun mandi, dan sebaginya. Untuk mengetahui pada titik penjualan seberapa perusahaan mengalami titik impas adalah sangat penting agar dapat diketahui produk – produk mana yang menguntungkan dan yang merugikan.
Contoh perhitungan nya dapat disajikan berikut ini. PT. Modern Jaya memiliki produk A, B, C,dan D, dan data keuangan sebagai berikut :
Table 2.1.3
Data PT. Modern Jaya
Jenis Produk
A
B
C
D
Penjualan (unit)
1.000
2.000
3.000
4.000
Harga per unit (Rp)
10
9
8
7
Biaya Variable per unit ( Rp)
5
6,3
5,6
4,2
Biaya Tetap total (Rp)
4.000
3.500
4.500
8.000
Berdasarkan data diatas dapat dihitung : titik impas PT. Modern Jaya dengan menggunakan persamaan titik impas sebagai berikut :
BEP = (total biaya tetap )/(Margin Kontribusi per unit rata- rata)
Yang dimaksud Margin kontribus per unit rata – rata ialah pendapatan seluruh produk dikurangi biaya variable rata – rata seluruh produk. Teknik perhitungan BEP Multi Produk berdasarkan data diatas adalah sebagai berikut :
Perbandingan produk A : B : C : D = 1.000 : 2.000 : 3.000 : 4.000 atau 1 : 2 : 3 : 4 totalnya adalah 10.
Pendapatan rata – rata = ((1x10)+(2x9)+(3x8)+(4x7)) / 10             = Rp. 8,00
Biaya Variabel rata – rata = ((1x5)+(2x6,3)+(3x5,6)+(4x4,2)) / 10 = Rp. 5,12-
Margin kontribusi per unit rata - rata                                                    Rp. 2.88
BEP = ((Rp.4.000+Rp3.500+Rp.4.500+Rp.8.000))/(Rp.2,88)=6.944 unit
Penjualan dalam unit masing masing produk :
A = 1/10 x 6.944 unit = 694 unit
B = 1/10 x 6.944 unit = 1.389 unit
C = 1/10 x 6.944 unit = 2.083 unit
D = 1/10 x 6.944 unit = 2.778 unit
Setelah diketahui penjualan dalam unit, selanjutnya dapat dihitung laba operasi masing-masing produk, dan penjumlahan laba operasi tersebut harus nol atau perusahaan dalam kondisi tidak untung atau rugi.
  
Tabel 2.1.4
Titik Impas PT Modern Jaya
Jenis Produk
A
B
C
D
Penjualan (unit)
694
1.389
2.083
2.778
Harga per unit (Rp)
10

9
8
7
Biaya variable per unit (Rp)
5
6,3
5,6
4,2





Total penjualan (Rp)
6.940
12.501
16.664
19.446
Biaya variable (Rp)
3.470
8.751
11.665
11.668
Margin kontribusi (Rp)
3.470
3.750
4.999
7.778
Biaya tetap total (Rp)
4.000
3.500
4.500
8.000
Laba (rugi) (Rp)
(530)
250
499
(222)
Keterangan : Jumlah laba (rugi) adalah Rp. 3 akibat pembulatan.
3.      Titik Impas Earning Per Share Atau BEP-EPS
   Hubungan antara hubungan antara tambahan jumlah saham yang beredar dengan pendapatan per saham / EPS adalah jika laba operasi tidak bertambah, pada jumlah saham beredar, maka akan menurunkan EPS. Jika laba operasi tidak bertambah dan hutang bertambah maka akan menurunkan laba sebelum pajak akibat beban bunga yang meningkat.


Tabel 2.1.5
Neraca PT ABC
Keterangan
Rp
Keterangan
Rp
Cash
300
Debt (10% interest)
5.000
Receivables
1.200
Common stock, Rp. 10 par
5.000
Inventories
1.400


Plant (net)
3.000


Equipment (net)
4.100


        Total asset
    10.000
        Total Claims
10.000 

2.2.1  Grafik BEP
   Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan, dengan grafik break even manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Disamping itu dengan grafik break even manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan dengan grafik break even pula manajemen akan dapat mengetahui tingkat – tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat – tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.

2.2.2  Grafik laba persatuan
  Pada umumnya garafik impas disusun atas dasar total pendapatan penjualan dengan total biaya. Agar manajemen dapat mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap biaya per satuan, maka disusunlah grafik laba satuan. Dalam grafik ini digambarkan pendapatan, biaya variabel, dan total biaya per satuan produk. Biaya tetap persatuan berperilaku berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya variabel per satuan berperilaku konstan, tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
2.3 Asumsi yang digunakan
   Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1.      Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan jumlahnya secara tepat. Dengan demikian perubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
2.      Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang bersifat fariabel dan mana yang merupakan beban tetap (fixed cost). Analisa Break even hanya dapat dihitung bilamana sebagian biaya merupakan bebean tetap.
3.      Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan, atau perusahaan sma sekali tidak menyediakan stoc barang jadi.
4.      Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak mengalami perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna atau bahwa share pasaran perusahaan sedemikian kecilnyasehingga tidak akan mampu merubah harga pasar yang terjadi.
5.      Efesiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga biaya variable setiap unit produk sama untuk berbagai volume produksi.
6.      Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan. Dengan demikian biaya tetap keseluruhan juga tidak berubah.
7.      Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir. Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap sama.
Di dalam kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi yang tidak dapat dipenuhi. Namun demikian perubahan asumsi ini tidak mengurangi validitas dan kegunaan analisa BEP sebagai suatu alat bantu pengambilan keputusan. Hanya saja diperlukan suatu modifikasi tertentu dalam penggunaannya.
2.4 Keterbatasan Analisis Break Even Point
   Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
·         Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu Laboratorium Pengembangan Akuntansi 45
·         Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
·         Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
·         Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1.      Perubahan FC
Terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana        perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit
Dimana perubahan ini akan       menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4.      Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

2.5 Margin of safety
   Arti dasar bahasa Inggrisnya kira-kira batas akan keamanan. Tetapi kita semua mengenal istilah ini, khususnya dalam dunia keuangan, dari Benjamin Graham dan David Dodd dalam bukunya The Security Analysis (1934). Menurutnya, batas akan keamanan adalah perbedaan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga saat ini. Atau dalam pengertian untung-rugi, batas akan keamanan adalah sampai seberapa jauh kita bisa menjalani usaha hingga usaha itu menunjukkan rugi.
   Kembali ke pengertian pertama, seandainya kita tertarik dengan suatu saham. Misalnya saja harga saham tersebut saat ini dijual dalam kisaran Rp 900. Bila margin of safety-nya adalah 10% atau dalam harga Rp 1.000, maka bila kita membelinya saat ini, kita bisa mencari nilai aman hingga batas 10% itu. Jadi semakin besar batas akan keamanan suatu saham, tentu saja akan membuat kita merasa tenang karena nilainya masih menjamin investasi kita (masih akan) untung.
   Panduan dasar investasi metode Graham adalah dari Batas akan Keamanan ini. Untuk aplikasinya, tentu harus menetapkan nilai Harga Wajar Saham. Ketika tahu harga wajar suatu saham, kita akan bisa menghitung apakah harga sekarang masihunderpriced (dihargai murah, batas akan keamanan masih ada) atau overpriced(dihargai terlalu tinggi, melampaui batas akan keamanan).
   Analoginya begini, misalnya saja kita dalam bisnis jual beli susu, harga wajar seliter susu adalah Rp 10.000 (anggap saja demikian). Dalam cerita ini kita anggap semua susu kualitasnya sudah teriuji dan baik. Suatu hari ada pemasok dari peternakan baru datang dan menawarkan pada kita seliter susu harganya Rp 9500, maka Rp 500 itulah batas akan keamanan kita. Kita yakin bila membeli darinya maka kita masih aman. Seandainya kita bisa menawar lebih murah lagi, maka batas akan keamanan kita akan jauh lebih baik lagi. Itulah analogi sederhana batas akan keamanan.
   Dengan memegang teguh batas akan keamanan pada setiap saham yang kita beli inilah kita bisa yakin kapan harus membeli (atau menjual) saham, tanpa pusing dengan pergerakan saham harian. Atau bila kita yakin suatu saham kualitasnya bagus dan punya dividen menarik yang bisa memberikan pertumbuhan dalam jangka panjang, kita bisa dengan tenang menyimpannya saja.
   Margin of safety  atau batas aman merupakan selisih penjualan yang dianggarkan dengan penjualan pada titik impas. Margin of safety  biasanya dinyatakan dalam rasio atau persentase yang digambarkan sebagai berikut :
  Margin of safety (%) = (penjualan yang dianggarkan – penjualan titik impas) / penjualan yang dianggarkan.
   Perusahaan perlu menghitung margin of safety  untuk mengetahui berapa penjualan bisa turun dari rencana ke tingkat yang dapat ditoleransi sebelum perusahaan menderita kerugian. Margin of safety merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kecukupan rencana penjualan.

2.6  Shut Down Point
   Sebuah titik penutupan adalah titik operasi di mana sebuah perusahaan tidak mengalami keuntungan bagi operasi yang dilanjutkan atau dari mematikan sementara; itu adalah kombinasi dari output dan harga di mana perusahaan menghasilkan cukup pendapatan untuk menutupi total biaya variabel . Jika sebuah perusahaan dapat menghasilkan lebih besar pendapatan atau sama dengan yang total biaya variabel , dapat menggunakan pendapatan tambahan untuk membayar down biaya tetap , dengan asumsi biaya tetap , seperti sewa kontrak atau kewajiban panjang lainnya, masih akan terjadi ketika dimatikan. Dengan kata lain, ketika sebuah perusahaan dapat memperoleh positif margin kontribusi , itu harus tetap di operasi meskipun kerugian secara keseluruhan.

2.7 Akibat Perubahan Berbagai Faktor
   Salah satu aspek yang penting dalam analisa break even bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan budget, karena hal ini akan memungkinkan diadakannya “testing” untuk menentukan akibat adanya perubahan berbagai faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif.
   Faktor-faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisa break even antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix). Perubahan salah satu faktor penentu break even atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat break even, mungkin tidak mempengaruhi atau tidak mengakibatkan perubahan pada faktor-faktor yang lain, misalnya perubahan hanya terjadi pada jumlah biaya tetap. Sedangkan biaya variabel, harga jual, maupun volume penjualan tetap, kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam salah satu faktor yang akan mengakibatkan perubahan pada faktor lain, misalnya perubahan harga jual bisa berakibat perubahan volume penjualan dan sebagainya.
   Perubahan-perubahan tersebut dapat secara langsung dimasukkan dalam rumus perhitungan break even, sehingga diperoleh tingkat break even yang baru, maupun digambarkan dalam grafik break even.
A.  Perubahan Biaya Tetap
   Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan akan berubah, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat break even akan berubah pula.
B.  Kenaikan Biaya Variabel
   Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begitu pula besarnya penjualan pada tingkat break even juga akan berubah. Manajemen perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan penurunan volume penjualan yang akhirnya juga mengakibatkan perubahan besarnya break even.
C.  Perubahan Komposisi Penjualan
   Analisa break even atau analisa biaya, volume dan laba yang diuraikan di muka selalu diterapkan untuk satu macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya memproduksi dan menjual satu macam barang atau secara total. Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan tersebut. Untuk maksud tersebut maka komposisi (perbandingan) antara barang-barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix). Break even dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing-masing produk harus dalam keadaan break even. Kemungkinan terjadi suatu macam produk yang menderita kerugian, sedangkan produk lain memperoleh keuntungan, atau kemungkinan masing-masing produk tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi. Apabila komposisinya berubah maka break evennya secara total akan berubah pula.

2.8 Kegunaan Analisa BEP bagi Manajemen
   Kegunaan Analisis Break Even Point Analisi break even point dapat di gunakan untuk membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan. Adapun kegunaan yang lain adalah:
a)    Menetapkan jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mngalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat.
b)   Menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan. Berarti , tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut
c)    Mengukur dan menjaga agar penjualan tidak kurang dari titik impas atau break even point,tingkat produksi tidak dibawah tingkat impas.
d)   Menganalisa perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan pada tingkat produksi tertentu.
e)    Memudahkan perusahaan dalam pemberian data pada pihak luar perusahaan mengenai biaya, volume produksi, harga jual dan tingkat penjualan.
f)    Sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk memproduksi produk baru yang kiranya mampu menghasilkan laba besar. Jadi, Analisa break even point ini memberikan beberapa kegiatan secara langsung bagi perusahaan dalam operasinya, yaitu :
·         Dasar dalam perencanaan pengembangan perusahaan
·         Alat pengendalian budget
·         Alat perencanaan laba.

2.9  Analisa Break Even dan Keputusan Penambahan Investasi
   Hubungan antara biaya, volume dan laba juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah – masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan / penggantian aktiva tetap ini memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi? atau apakah dengan penambahan / penggantian.
   Bantuannya dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak ( dapat menberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dihentikan saja ). Kapan sebaiknya suatu usaha tersebut dihentikan saja ? untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan analisa break even. Pada tingkat break even perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, tetapi suatu perusahaan yang selalu break even tidak harus ditutup, karena dalam keadaan break even tersebut perusahaan masih mendapatkan sisa uang (jumlah penerimaan uang lebih besar daripada pengeluarannya ). Hal ini dapat terjadi karena biaya yang terjadi dalam suatu periode pada dasarnya terdiri dari biaya tunai yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran uang.

2.10 Analisa Keputusan Menutup Usaha
    Tutup sementara adalah keputusan jangka pendek untuk tidak menghasilkan apa-apa selama jangka waktu tertentu karena kondisi paasar yang tidak menguntungkan. Secara matematik perusahaan tutup sementara dapat digambarkan sebagai berikut:
1)      Menutup jika TR <VC
2)      Menutup jika TR / Q <VC / Q
3)      Menutup jika P <AVC
   Perusahaan tutup sementara jika total pendapatan kurang dari biaya variabel, dengan membagi kedua pertidaksamaan dengan Q maka tutup sementara jika P < AVC.
   Artinya perusahaan memlilih untuk tutup sementara jika harga barang tersebut lebih kecil daripada biaya variabel rata-rata. Jika harganya tidak menutupi biaya variabel rata-rata perusahaan benar-benar berhenti memproduksi, perusahaan dapat kembali berproduksi dimasa depan jika kondisi-kondisi dipasar telah berubah, dimana harga melebihi biaya variabel rata-rata.
   Sebuah perusahaan yang shutdown (tutup) mengacu pada keputusan jangka pendek untuk tidak menghasilkan apa-apa selama periode waktu tertentu karena kondisi pasar saat ini.
1.      Shutdown atau tutup mengacu pada keputusan jangka pendek untuk tidak berproduksi selama periode tertentu karena kondisi pasar yang memaksa.
2.      Exit atau keluar mengacu pada keputusan jangka panjang untuk meninggalkan pasar sama sekali.
3.      Keputusan-keputusan jangka pendek dan jangka panjang berbeda karena kebanyakan perusahaan tidak dapat menghindari biaya tetap mereka dalam jangka pendek tapi dapat melakukannya dalam jangka panjang. Artinya, sebuah perusahaan yang menutup sementara masih harus membayar biaya tetap, sedangkan perusahaan yang keluar pasar menghemat tetap dan biaya variabel nya.
4.      Jika perusahaan tutup maka akan kehilangan semua pendapatan dari penjualan produknya. Pada saat yang sama ia menghemat biaya variabel pembuatan produk (tetapi masih harus membayar biaya tetap). Dengan demikian, perusahaan menutup jika pendapatan yang akan dapatkan dari memproduksi kurang dari biaya variabel produksi.
a.    Kurva penawaran jangka pendek perusahaan kompetitif merupakan bagian dari kurva biaya marjinalnya yang terletak diatas kurva biaya variable rata-rata.
b.    Biaya tertanam (sunk cost) adalah biaya yang hilang begitu saja tanpa mendapatkan hasil.
c.    Biaya hangus adalah biaya yang telah berkomitmen dan tidak dapat dipulihkan.
5.      Perusahaan mempertimbangkan biaya yang tenggelam ketika memutuskan untuk keluar, tetapi mengabaikan ketika memutuskan apakah akan ditutup.Perusahaan menutup jika pendapatan itu akan dari memproduksi kurang dari biaya variabel produksi.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
   Analisis Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
   Terdapat tiga model analisis BEP yaitu :
1.      Analisis BEP Satu Produk.
2.      Analisis BEP Multi Produk.
3.      Analisis BEP EPS ( Earning Per Share)
    Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
3.2  Saran 
   Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Karena keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
   Jadi,Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
   Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan kami mohon dapat memaafkan dan memakluminya, TERIMAKASIH.