Istilah
globalisasi sebenarnya sudah sering dipergunakan sejak beberapa tahun terakhir
ini. Bahkan tidak sedikit pelaku bisnis di dunia dan juga di Indonesia yang
sudah memahaminya. globalisasi membuat persaingan bisnis semakin ketat.
Ditingkat makro pemerintah perlu meningkatkan kompetensi SDM melalui
peningkatan mutu pendidikan. Sedang ditingkat mikro perusahaan perlu mengadopsi
visi, misi dan strategi yang tepat yang didukung oleh strategi SDM dan budaya
perusahaan. Selain itu, strategi SDM perlu dipersiapkan secara seksama
khususnya oleh perusahaan-perusahaan agar mampu menghasilkan keluaran yang
mampu bersaing di tingkat dunia.
Pada
era globalisasi ini, pelaku bisnis juga harus mampu mengintregasikan semua
dimensi lingkungan hidup sebab masyarakat akan menuntut tanggung jawab
perusahaan akan factor lingkungan. Pelaku bisnis harus tanggap menghadapi isu
globalisasi dengan bijaksana. Selain itu, flexibility dan continuous learning
merupakan karakteristik yang sangat penting dan yang sudah perlu
dipertimbangkan oleh pelaku bisnis untuk menjawab tantangan perdagangan bebas
yang semakin kompetitif. Perusahaan dituntut berpikir global serta mempunyai
visi dan misi yang jauh berwawasan ke depan.
Adanya
perkembangan global secara langsung dan tidak langsung juga memiliki pengaruh
terhadap organisasi dan manusia di dalamnya. Budaya global berinteraksi dengan
budaya regional, nasional, organisasi dan fungsi-fungsi organisasi termasuk
sikap dan perilaku individu di dalamnya sehingga perubahan global juga dapat
direspon dan mempunyai hubungan dan pengaruh dengan aktivitas manusia dalam
organisasi. Perkembangan global memiliki pengaruh yang besar terhadap
perkembangan ilmu MSDM karena pada dasarnya memang perubahan itu terjadi pada
segenap manusia yang selama ini berada dalam organisasi-organisasi. Perubahan
merupakan fenomena yang tidak mungkin “dihindari”, tetapi bagaimana SDM dapat
memanfaatkan perubahan tersebut bagi kepentingan organisasi dan anggota-anggota
di dalamnya. Jika tidak dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang
terjadi maka organisasi akan berakhir pada pengurangan bahkan pemusnahan
organisasi di masa yang akan datang.
Jika
kita lihat para pemimpin Negara ASEAN pada tahun 1992 memutuskan mendirikan
AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang bertujuan meningkatkan keunggulan bersaing
regional. pada kompetisi tingkat ASEAN saja, kita dituntut benar-benar siap,
apalagi menghadapi persaingan dunia. Kotter (1992) mengingatkan bahwa
globalisasi pasar dan kompetisi menciptakan suatu perubahan yang sangat besar.
Strategi
yang tepat harus diaplikasi untuk meraih keberhasilan melalui pemanfaatan
peluang-peluang yang ada pada lingkungan bisnis yang bergerak cepat dan semakin
kompetitif. Implikasi globalisasi pada MSDM tampaknya masih kurang diperhatikan
secara proporsional saat ini karena tolak ukur keefektifannya yang kurang
memiliki keterkaitan langsung dengan strategi bisnis. Alat ukur keefektifan
organisasi dan aktivitas sumber daya manusia perlu dirancang secara
profesional. Capital Intellectual dan pengukurannya akhir-akhir ini sering
dipertimbangkan sebagai alternative yang menjanjikan kendati
pengimplementasiaannya tidak semudah yang diperkirakan.
Dunia
bisnis akan semakin berorientasi global terlebih lagi jika implementasi
perdagangan bebas menjadi kenyataan. Dalam hal ini perusahaan perlu di dukung
oleh SDM yang berkualitas agar mampu bersaing dan menggerakan roda pembangunan.
Mendapatkan calon karyawan yang berkualitas dan professional di Indonesia tidak
selalu mudah. Kenyataan menunjukkan bahwa lebih dari seratus ribu lowongan
pekerjaan di Indonesia tidak terisi. Hal tersebut disebabkan antara lain karena
ketidaksesuaian antara job requirements dengan kompetensi calon. Bajak-membajak
tenaga profesional dan headhunting masih sering terjadi hingga saat ini. Tenaga
profesional asing masih banyak dipekerjakan untuk menduduki posisi-posisi
tertentu terutama di perusahaan besar yang berorientasi internasional. Bahkan
tidak tertutup kemungkinan bahwa akan lebih banyak lagi expatriate yang akan
bekerja di Indonesia di mendatang. Berdasarkan kenyataan ini, sedini mungkin
SDM handal dan berkompetensi tinggi harus disiapkan. SDM di negara kita tampaknya
masih kurang menunjukkan kompetensi yang diharapkan. Menurut BPS (2000), pada
tahun 1999 dari 1.2 juta pencari kerja yang memenuhi persyaratan untuk 0.5 juta
lowongan kerja hanya 0.4 juta orang. Hal ini jelas memberi indikasi terjadi
suatu mismatch antara kompetensi calon karyawan dengan kompetensi yang
dibutuhkan. Mengacu pada kenyataan ini, SDM kita harus ditingkatkan
sefektif-efektifnya.
Sumber
daya manusia merupakan penggerak roda pembangunan. Dalam menghadapi pasar bebas
Asia (AFTA), mutu SDM Indonesia cukup mengkhawatirkan. Man power planning
secara nasional perlu dilakukan dengan seksama. Secara umum, mutu sekolah dan
universitas di Indonesia pun relatif lebih rendah dibandingkan mutu sekolah
atau universitas di Singapura dan Malaysia. Universitas-universitas terkemuka
Indonesia masih menduduki peringkat jauh dibawah sepuluh besar, padahal
universitas merupakan suatu wadah pendidikan dan pengembangan ilmu. Pendidikan
berperan besar dalam meningkatkan mutu SDM sebab itu mutu pendidikan di Indonesia
perlu ditingkatkan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Kurikulum dan
sistem belajar mengajar perlu ditinjau kembali dan ditingkatkan.
Pelatihan-pelatihan yang efektif perlu dirancang untuk meningkatkan kualitas
SDM.
Sementara
itu di tingkat mikro, perusahaaan-perusahaan perlu berperan aktif untuk ikut
meningkatkan mutu SDM baik. Perusahaan perlu mengkaji dan menganalisis
kebutuhan dan kesenjangan SDM terhadap strategi perusahaan masa kini dan masa
mendatang. Aset SDM yang perlu dievaluasi adalah bobot/kualitas dan potensi SDM
yang dimiliki saat ini, kebijakan-kebjakan SDM, sistem pengadaan, pemeliharaan
dan pelatihan pengembangan, nilai-nilai yang ada baik yang positif maupun yang
negatif serta kemampuan mengelola keragaman SDM. Berkaitan dengan aset SDM
suatu perusahaan, dalam menyusun strategi SDM perlu dievaluasi sejauh mana
elemen-elemen organisasi sudah sesuai dengan strategi korporat, SBU, visi,
misi, sasaran perusahaan. Disamping perlu dirancang suatu alat ukur (human
resource measurement) untuk mengetahui mutu dan kuantitas SDM, potensi SDM
serta keterkaitan strategi SDM dengan performance perusahaan. IGM Mantera
mengemukakan pengukuran keberhasilan karyawan berdasarkan jenis ketrampilan
yaitu untuk ketrampilan profesional dipergunakan vitality index dan untuk
ketrampilan manajerial diukur dari kesiapan suksesi.
Sumber :
http://sondix.blogspot.com/2013/08/manajemen-sumber-daya-manusia-dan.html
http://farhandrm.blogspot.com/2012/04/sumber-daya-manusia-berpengaruh-besar.html
http://farhandrm.blogspot.com/2012/04/sumber-daya-manusia-berpengaruh-besar.html
No comments:
Post a Comment